Dalam empat tahun terakhir, utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) naik hingga Rp 1.300 triliun. Di tahun 2014, utang BUMN Rp 3.488 triliun sementara tahun ini mencapai Rp 4.825 triliun
- Jokowi Salah Pilih Diksi
- DPRD Jateng Permudah Akses Masyarakat Sampaikan Aspirasi
- Penetapan Nomor Urut Cabup-Cawabup Banjarnegara, Bugar 1 dan Amalia 2
Baca Juga
Kenaikan utang ini merupakan bukti bahwa BUMN sedang dalam krisis yang serius. Selain itu, ada dua masalah yang fatal dalam utang BUMN tersebut. Pertama, sebagian besar utang itu merupakan utang jangka pendek.
Ini kan berbahaya, sebab situasi perekonomian, baik global maupun domestik, sedang mengalami kontraksi!" ujar Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dalam kicauannya di akun Twitter @fadlizon, Rabu (6/6).
Sementara masalah yang fatal berikutnya adalah 60 persen utang tersebut berbentuk valuta asing yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah.
Jika nilai tukar Rupiah melemah, BUMN tentu akan semakin berdarah-darah," sambung wakil ketua umum DPP Partai Gerindra itu seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL
Lebih lanjut, Fadli mengakui bahwa total aset BUMN telah naik menjadi Rp 7.212 triliun pada akhir 2017. Namun demikian, sambungnya, dengan angka utang Rp 4.825 triliun, maka rasio utang BUMN sudah mencapai 67 persen aset.
Ini sudah lampu merah sebenarnya. Celakanya, dalam kondisi semacam itu, Kementerian BUMN masih menargetkan untuk menambah utang hingga Rp 5.253 triliun sepanjang tahun ini," tukasnya.
- Pengamat: Seruan Jokowi Justru Sikap Gentlemen
- Jokowi Temui Para Calon Kepala Daerah, Dua Diantaranya Dari Karanganyar Dan Solo
- Solo Raya Polling Menghentak Dengan Munculkan 12 Nama Kandidat Pilkada Solo