Hasil panen padi di Kabupaten Wonogiri pada musim kemarau (April hingga September) tahun 2023 dinyatakan masih surplus.
- 12 Desa di Grobogan Mendapatkan Bantuan Pamsimas
- Dinsos P3A Blora Bertekad Meminimalisir Kekerasan Anak dan Pergaulan Bebas
- HUT Ke-445, Pemkot Tegal Tetap Lestarikan Upacara Berbahasa Tegal
Baca Juga
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dispertan Pangan Wonogiri, Niken Kuntarti mengungkapkan, data produksi gabah kering giling (GKG) sampai Juli 2023 di Wonogiri sebanyak 330.232 ton. Dari angka ini diperkirakan GKG keluar dari Wonogiri sebanyak 171.023 ton. Dengan begitu ketersediaan GKG di Wonogiri sampai Juli 2023 sebanyak 93.725 ton atau setara 93.725 ton.
"Kebutuhan konsumsi beras di Wonogiri sampai dengan Juli 2023 sebanyak 58.101 ton. Kami masih surplus 35.624 ton. Beras sebanyak itu masih mencukupi sampai November 2023. Setiap tahun, di Wonogiri pun produksi berasnya surplus," jelas Niken, Kamis (14/9).
Di sisi lain, Kepala Bidang Produksi Dispertan Pangan Wonogiri, Ridwan Jauhari mengatakan meski sebagian petani memilih tidak menanam dan membiarkan lahan sawah mereka bera pada musim kemarau, tetapi hal itu sangat lumrah dan sudah menjadi pola tahunan.
"Itu lumrah. Ada El Nino atau tidak, luas tanam padi sawah di Wonogiri ya tetap berkurang banyak saat kemarau. Tetapi bukan berarti produksi padi kami dalam setahun defisit. Kami tetap bisa surplus," ungkapnya.
Ridwan menjelaskan, berdasarkan jenis pengairan, pertanian padi sawah di Wonogiri dibagi menjadi tiga yaitu sawah irigasi, tadah hujan, dan pasang surut. Masing-masing jenis itu ada yang bisa tanam satu, dua, atau tiga kali masa tanam dalam setahun bergantung kondisi wilayah. Mayoritas lahan sawah di Wonogiri menggunakan pola irigasi bersumber dari embung, waduk, atau sumber mata air.
Ridwan menguraikan Dispertan Pangan Wonogiri biasa membagi masa tanam (MT) dua kali dalam setahun. MT I mulai Oktober-Maret sedangkan MT II April-September. Luas tanam MT II biasanya setengah dari MT I karena bersamaan dengan kemarau.
"Pengurangan luas tanam padi di Wonogiri itu sangat bisa dipahami karena saat kemarau seperti sekarang ini sumber-sumber air untuk irigasi sawah mengering. Akibatnya lahan sawah itu tidak berproduksi," kata Ridwan.
Data Dispertan Wonogiri luas tanam padi sawah pada Oktober 2021-Maret 2022 atau MT I sebanyak 45.154 hektare. Sedangkan luas tanam padi sawah pada April 2022-September 2022 seluas 20.086 hektare.
Sementara itu, luas tanam padi sawah pada Oktober 2022–Maret 2023 tercatat 50.692 hektare. Sedangkan luas tanam padi sawah pada pada April-Agustus 2023 seluas 15.304 hektare. Luas tanam pada September biasanya tidak lebih dari 1.000 hektare.
Artinya tidak akan menyamai luas tanam MT II tahun sebelumnya. Dengan melihat data itu, berarti luas tanam pada 2023 ini menurun dibandingkan pada 2022 lalu. Berdasarkan data itu pula, dibandingkan MT I, luas tanam padi sawah pada MT II atau saat kemarau ini di Wonogiri berkurang sebanyak 34.388 ha pada 2023 ini.
Berkurangnya luas tanam itu juga berpengaruh pada penurunan produksi. Produksi gabah pada 2022 lalu tercatat sebanyak 374.667 ton/tahun. Sedangkan produksi gabah pada 2023 ini diproyeksikan 309.162 ton atau turun 17,48%.
"Penurunan itu, tidak selalu berarti lahan pertanian itu dibiarkan tidak produktif. Ada petani yang beralih ke pola pertanian lain seperti palawija atau tanaman hortikultura saat kemarau," kata Ridwan.
- Penjabat Wali Kota Salatiga Minta Memotret Infrastruktur Belum Ramah Disabilitas
- BOR Salatiga Turun 70 Persen, Tapi Masih Di Level 4, Yuliyanto: Belum Terdeteksi Pusat
- KPU Karanganyar Santuni Keluarga Dua Petugas Trantib TPS yang Meninggal Dunia