Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk tidak menyertakan Indonesia dalam daftar destinasi tur Asia Tenggara Wakil Presiden Kamala Harris kemungkinan merupakan sebuah shock therapy dari pemerintahan Joe Biden itu.
- Tidak Ada Pemutakhiran Kasus Insiden Penembakan Migran Indonesia
- Duka Wartawan Afghanistan Karena Rekan Meninggal Dunia Akibat Ledakan di Bandara Kabul
- Pengkhutbah Salat Jumat Diapit Pasukan Bersenjata Taliban
Baca Juga
Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja mengatakan, Washington kemungkinan merasa Indonesia tidak memiliki perhatian terhadap kebijakan luar negeri AS sehingga keputusan itu diambil sebagai pengingat bagi Indonesia.
"Makanya kita tidak dikunjungi agar jadi perhatian dan mungkin shock therapy," kata pendiri Synergy Policies ini seperti dikutip dari Kantor Berita RMOL, Rabu (4/8).
Terlebih, Dinna mengatakan, Biden juga menyoroti prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun ke depan.
Meski begitu, Dinna juga menyebut, faktor belum adanya perwakilan Indonesia di AS membuat lobi dan persiapan agar Jakarta dikunjungi Harris menjadi terganggu.
Pada Juni, Presiden Joko Widodo telah menunjuk mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Roslan Perkasa Roeslani sebagai Dutabesar RI di AS. Namun hingga saat ini belum ada proses credential terkait penugasan tersebut.
"Kerja-kerja begini, kalau belum ada Dubes maka harus dikerjakan Menlu atau menteri lain... Memang harus kita yang aktif kalau mau dapat perhatian," tambahnya.
Sementara itu, Harris telah dijadwalkan untuk mengunjungi Singapura dan Vietnam pada pekan depan. Ia diperkirakan akan menegaskan kembali penolakan AS atas klaim China di Laut China Selatan.
- Bali Menjadi Tuan Rumah MNEK Pada 2025, Menjamu 38 Negara Delegasi
- Inggris Minta Warganya Menjauh dari Bandara Kabul
- Masa Berkabung Nasional Berlanjut Hingga Tujuh Hari Kepergian Ratu Elizabeth II