Konflik Keraton Kasunanan Surakarta kembali memanas. Pasca gelaran Grebeg Besar ditandai keluarnya dua gunungan dalam perayaan Idul Adha yang digelar Rabu (22/8) kemarin, Dewan Adat Kraton Solo kembali menggelar acara serupa hari ini, Kamis (23/8). Kirab pertama berangkat dari Kraton Surakarta menuju ke Masjid Agung Surakarta denga rute kirab dari Kori Kamandungan Lor - Jalan Supit Urang - Alun-alun Utara Kraton Surakarta hingga berakhir ke Masjid Agung Surakarta. Sedangkan kirab yang kedua dimulai dari Sitihinggil, pagelaran, alun-alun dan berakhir di Masjid Agung. Secara garis besar pelaksanaan kirab sama, hanya saja tidak ada iringan seperangkat gamelan seperti pada kirab pertama. Dewan Adat yang dimotori oleh Gusti Koes Moertiah atau biasa di panggil Gusti Mung sampaikan tradisi kirab Grebeg Besar yang sebenarnya memang berangkat dari Sitihinggil bukan dari dalam Kraton. Hal tersebut juga didasarkan dari berbagai sumber dokumen lama milik Kraton. Kirab itu selalu berlangsung di hari kedua setelah Idul Adha. "Jadi tidak salah kalau kita berangkat dari Sitihinggil. Kita kembali ke tradisi awal," jelas Gusti Mung kepada RMOLJateng, Kamis (23/8). Sebelum pelaksanaan kirab gunungan ada insiden yang terjadi di dalam lingkungan dinasti Mataram ini. Gusti Mung yang terusir keluar Kraton dan dilarang masuk dalam Kraton sempat "menyelinap" seorang diri ke dalam Kraton dan membuat heboh abdi dalem yang ada di dalam Kraton. Alasan Gusti Mung masuk ke dalam Kraton karena ingin bertemu dengan kakaknya yakni Sinihun Hangabehi yang selama ini berseberangan karena ada beda pendapat. Pihak keamanan segera meminta Gusti Mung untuk keluar dari dalam Kraton Solo. "Kan lucu, wong Beliau (PB XIII Hangabehi) itu kakak kandung saya dan yang menobatkan menjadi raja adalah LDA. Tidak mungkin aku gawe goro-goro. Jika pemerintah meminta agar konflik dua kubu ini diselesaikan secara internal ya aku kudu ketemu sama Sinuhun Hangabehi," tegasnya. Pihak Kepolisian yang datang berjanji pada Gusti Mung untuk memfasilitasi pertemuan antara Gusti Mung dengan PB XIII Hangabehi sayangnya gagal karena PB XIII menolak untuk bertemu. Padahal posisi Gusti Mung berada di dekat dengan Sasana Putra, kediamanan Sinuhun Hangabehi. Padahal sudah lebih dari lima jam Gusti Mung di dalam Kraton. "Sebenarnya saya dengan Sinuhun itu tidak apa-apa. Dan masalah keraton itu bisa selesai kalau saya dan Sinuhun bertemu, la ini kok malah ada 'oknum' yang menghalangi," ujarnya. Sebelumnya Gusti Mung dan seluruh anggota Dewan Adat yang juga adik-adik dari Sinuhun Hangabehi diusir dari kawasan Keraton Kasunanan Surakarta. Hingga saat ini kawasan keraton dikunci rapat-rapat untuk para adik Sinuhun tersebut. Gusti Mung sendiri merasa prihatin dengan kondisi bangunan keraton yang semakin tidak terawat. Ndalem Kaputren dan Magangan yang kondisinya memprihatinkan. Banyak rumput kering dan alang-alang. "Masa nggak kerawat, tembok jebol dibiarkan saja," jelasnya dengan nada kecewa. Pihak Sentono Dalem keturunan trah Mataram mulai dari PB I sampai PBXII menuntut agar PB XIII mengembalikan para Sentono Dalem ke dalam keraton kembali seperti semula. Tujuannya untuk ikut serta memelihara Kraton Surakarta dan menjalankan semua tata cara adat secara benar. "Kraton Solo itu bukan milik pribadi PB XIII, jadi semua kerabat memiliki hak sama," pungkas Gusti Mung.
Baca Juga
Baca Juga
Konflik Kraton Solo Kembali Memanas Sentono Dalem Minta Kraton Kembali Dibuka


×