Korea Utara Panggil Pulang 43 Dubesnya

Sebanyak 43 duta besar dan diplomat senior Korea Utara (Korut) dipanggil pulang, Rabu malam (18/7). Ini adalah panggi­lan pulang yang jarang dilakukan Korut sejak negara itu berdiri pada 1948. Terakhir kali, para duta besar Korut dipanggil untuk pertemuan pada Juli 2015. Be­lum ada laporan agenda serupa diselenggarakan setelahnya.


Pertemuan kali ini terjadi sekitar satu bulan usai per­temuan puncak yang berseja­rah antara Presiden AS Donald Trump dengan Kim Jong-un di Singapura. Pertemuan para duta besar disinyalir akan membahas tentang kesepaka­tan denuklirisasi yang telah ditandatangani antara Trump dengan Kim.

Pengamat hubungan inter­nasional President University Hippi Yoon membenarkan, pemanggilan para dubes Korut kembali ke negaranya adalah momen langka.

"Pasti ada arahan penting yang disampaikan Kim Jong-un kepada para diplomatnya. Pemanggilan ini jelas ber­hubungan dengan posisi Korut di mata internasional sekarang ini," jelas Hoppi dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL

Kemungkinan besar Kim akan menyampaikan kebi­jakan baru terkait pertemuan­nya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 12 Juni lalu. Merekameng­hasilkan kesepakatan tentang program denuklirisasi di Se­menanjung Korea, peminda­han jenazah tentara Amerika dari Korea Utara, serta tindak lanjut negosiasi di antara para pejabat tinggi kedua negara.

Kementerian Unifikasi Ko­rea Selatan juga belum menda­pat informasi atau dapat meng­konfirmasi terkait pertemuan tersebut dan masih memantau perkembangan di Korut.

Hubungan Korea Utara den­gan masyarakat internasional tengah tegang dalam beberapa tahun terakhir karena program pengembangan uji coba misil serta nuklir Pyongyang. Na­mun demikian harapan akan denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea terus men­ingkat setelah Pyongyang mu­lai menjalin hubungan dengan sejumlah negara luar, termasuk menghangatnya hubungan dengan Seoul.