- 42 Tahun Berjualan di Pasar Johar Tengah, Pedagang Ini Kecewa Tidak Dapat Lapak Seperti Dulu
- Muhammadiyah Karanganyar Gelar Vaksinasi Lintas Agama dan Masyarakat Umum
- Positif Covid-19, 4 Warga Kebonagung Dijemput Satgas Covid
Baca Juga
“Dari hasil analisa adalah manifestasi gas rawa di lokasi pernah dilakukan pengeboran karena beberapa wilayah dk Demak dahulu rawa,” ujar Staf Geoominerba Cabang Dinas ESDM, Widya Kurniawan Semarang, Jumat (1/12).
Dia menjelaskan, kejadian ini dikaitkan dengan daerah rawa bersifat spot-spot. Salah satu titiknya adalah di tempat sumur bor tersebut.
“Selama ini keluar dari lubang lumpur itu keluar namun karena selama ini tertutup keramik lalu gas tersebut tekanannya sedang tinggi maka keluar dan menyemburkan seisi ada di dalamnya, namun jika posisi stabil maka tidak akan mengeluarkan apapun,” terang dia.
Oleh sebab itu, dia menyarankan pihak keluarga menambah ventilasi udara di ruangan tersebut sehingga gas biar terurai, atau nantinya diberi pipa untuk pembuangan gas.
ESDM, kata dia, dibiarkan untuk sementara waktu sembari melihat perkembangan selanjutnya.
Seperti diketahui pada Kamis (30/11) terjadi letupan dari salah satu kamar di rumah Suali (67) warga Desa Tempuran, Demak. Sekitar pukul 17.00 WIB terjadi semburan lumpur hingga meluluhlantakkan keramik dengan didahului bau gas.
Selain menyita perhatian warga, juga membuat aparat kepolisian turun memasang police line. Kodim dan BPBD juga melakukan tindakan-tindakan awal antisipasi.
Kapolsek Demak Kota, IPDA Rudi Tri Prayogo mengatakan, pada tengah malam menuju Jumat (1/12) semburan lumpur yang selama enam jam kuat berangsur-angsur berkurang dan kemudian pagi sekira jam 10.00 WIB sudah berhenti.
"Pagi tadi jam 10.00 WIB masih ada lumpur keluar dikit, tapi sekarang jam 15.00 ini sudah mampet, namun kita tetap pasang garis line karena gas yang dihasilkan masih bisa berdampak berbahaya," ucapnya kepada RMOLjateng, Jumat (1/12).
Ia menceritakan, pada tahun 80-an tempat tersebut masih merupakan tanah tegalan, dan pernah dilakukan pengeboran sepanjang 108 M untuk rencana sumur air untuk Perusahaan Air Minum (PAM).
"Namun karena setelah diobservasi air tanah tersebut buruk untuk konsumsi minum, maka tidak difungsikan dan ditutup. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, alih fungsi lahan pun terjadi, sumur itu tadi jadi pemukiman ini dan di salah satu kamarnya Pak Suali ini," terangnya.
- Rumah dan Kandang Ayam Milik Warga Purbalingga Terbakar, Kerugian Ratusan Juta Rupiah
- Smartfren Bantu Ratusan Pembatas Jalan di Semarang
- Naik Bawa Bibit, Pulang Bawa Sampah