Jarum suntik bekas, alat uji bekas, dan botol vaksin bekas dari pandemi Covid-19 telah menumpuk untuk menghasilkan puluhan ribu ton limbah medis yang mengancam kesehatan manusia dan juga lingkungan.
- Perjanjian Perbatasan Dengan Malaysia Selesai Dalam Dua Bulan
- Masa Berkabung Nasional Berlanjut Hingga Tujuh Hari Kepergian Ratu Elizabeth II
- Penampilan Terbaru Kim Jong Un di Hari Jadi Korut Ke-73 Lebih Baik dan Sehat
Baca Juga
Begitu peringatan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan terbarunya pada Selasa (1/2), dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Limbah-limbah medis tersebut, yang sebagian dapat menular karena virus corona dapat bertahan di permukaan, berpotensi membuat petugas kesehatan mengalami luka bakar, luka tertusuk jarum suntik, dan kuman penyebab penyakit.
Selain itu, dampak lain yang bisa ditimbulkan adalah, masyarakat yang dekat dengan tempat pembuangan sampah yang dikelola dengan buruk juga dapat terpengaruh melalui udara yang terkontaminasi dari pembakaran sampah, kualitas air yang buruk atau hama pembawa penyakit.
Pada laporan yang sama, sebagaimana dimuat Reuters, WHO merinci bahwa saat ini diperkirakan ada sekitar 87 ribu ton alat pelindung diri (APD) yang telah dipesan melalui portal PBB hingga November 2021. Sebagian besar dari APD tersebut diperkirakan berakhir sebagai limbah.
Selain itu, laporan itu juga menyebutkan sekitar 140 juta alat uji Covid-19 yang diperkirakan berbobot 2.600 ton, sebagian besar akan berakhir menjadi sampah plastik dan limbah kimia.
Selain itu, diperkirakan bahwa sekitar delapan miliar dosis vaksin yang diberikan secara global telah menghasilkan tambahan 144 ribu ton limbah dalam bentuk botol kaca, jarum suntik, jarum, dan kotak pengaman.
Oleh karena itu, melalui laporan terbarunya WHO menyerukan reformasi dan investasi termasuk melalui pengurangan penggunaan kemasan yang menyebabkan sampah plastik dan penggunaan alat pelindung yang terbuat dari bahan yang dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang.
Laporan WHO tidak menyebutkan contoh spesifik di mana penumpukan paling mengerikan terjadi. Namun WHO mengangkat soal tantangan nyata terkait pengolahan dan pembuangan limbah resmi yang terbatas di pedesaan India serta sejumlah besar lumpur tinja dari fasilitas karantina di Madagaskar.
WHO juga meningatkan bahwa bahkan sebelum pandemi, sekitar sepertiga fasilitas kesehatan tidak dilengkapi untuk menangani beban limbah yang ada.
- Dua Kasus Pertama Covid-19 Varian Delta Plus Terkonfirmasi Di Korea Selatan
- CEO Grup AirAsia Nilai Tes PCR Asia Tenggara Paling Mahal
- Mesir Telah Pulangkan 43 Warganya dari Afghanistan