- Revitalisasi Nilai-nilai Wisata Religi Demak
- Desa Inovatif
- Masa Depan Demokrasi Kita: Antara Pesimisme dan Optimisme
Baca Juga
Klik: seperti tumbu entuk tutup – seperti wadah atau tempat beras yang terbuat dari anyaman bambu mendapat tutup yang pas, presisi.
Benk Mintosih, MSDC., Ir. Djoko Setijowarno, Heru Isnawan, M.T., Mohammad Saleh, S.T, M.En., dan Bambang Eko Purnomo menghangatkan dialog Round Table FGD 3rd Series dengan saling sambut pendapat tentang pengembangan pariwisata, infrastruktur, dan pemberdayaan pelaku usaha pariwisata.
Benk Mintosih dan Heru Isnawan bicara tentang MICE, Meeting, Incentive, Convention and Exhibition, Djoko Setijowarno menyoal transportasi, konektivitas dan infrastrutur, Mohammad Saleh mengenai cita-cita membangun convention hall besar yang bisa menampung puluhan ribu peserta di Kabupaten Kendal, dan Bambang Eko Purnomo mengenai perlunya memberdayakan UMKM pelaku usaha pariwisata serta masyarakat di sekitar objek wisata untuk lebih siap menerima wisatawan, terutama wisatawan manca negara.
Mengulur Longstaycation
Kembali, ketangkasan Moderator Agus Widiyanto untuk terus menghidupkan suasana diskusi terbukti efektif menjadikan diskusi terus mengalir. Ditambah oleh kepiawaian Benk Mintosih saat menggugah peserta usai break makan siang.
Benk Mintosih, yang mengaku telah menggeluti dunia bisnis perhotelan selama 42 tahun dan kini lebih memilih sebagai trainer sekaligus motivator tenaga kerja dan pelaku usaha perhotelan, mengawali presentasinya dengan membuat gimmick kecil yang memancing gairah peserta untuk aktif dalam diskusi.
Benk Mintosih mengatakan, bahwa MICE memiliki multy player effects yang sangat besar. Statistik pun menunjukkan, bahwa industri perhotelan – bagian dari sektor jasa, perdagangan dan pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan daerah di Jawa Tengah.
“Sampai sekarang ini dari segi jumlah, hotel dan restoran, Jawa Tengah sangat cukup, memadai dan siap untuk menerima kunjungan wisatawan domestik maupun manca negara,” ujar Benk Mintosih.
Benk, Ketua GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Jateng itu menyatakan fakta, bahwa sampai sekarang pasar terbesar industri hotel dan restoran adalah Pemerintah, yakni sekitar 52 persen. Ini menjadikan peran Pemerintah sangat vital.
Dalam kondisi seperti ini, Benk menyarankan agar industri hotel dan restoran, termasuk venues wisata yang lain untuk kreatif, lebih banyak menggelar event – yang bisa mengulur atau memperpanjang masa tinggal atau staycation tamu dan wisatawan.
“Bisa festival ini itu, bisa yang lain,” ujarnya.
Benk, yang selama karir panjangnya di industri perhotelan pernah memimpin berbagai hotel, hingga hotel bintang empat di Semarang itu menambahkan, bahwa event itu sebaiknya bisa menjaring bukan hanya backpacker tourist, wisatawan ber-ransel, namun juga wisatawan berduit hingga nilai tambahnya lebih besar.
Apa yang Benk sampaikan diamini oleh Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Jateng, Heru Isnanto. Direktur Hotel Grasia Semarang itu juga mengakui, bahwa pasar terbesar industri hotel di Jawa Tengah adalah Pemerintah.
Heru menuturkan, bahwa saat adanya perubahan nomenklatur sektor pariwisata digabung ke dalam dan menjadi Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata – dia menjadi pesimis terhadap dukungan Anggaran dari APBD Pemprov. Jateng bagi pengembangan industri pariwisata, karena harus berbagi dengan subsektor Pemuda dan Olahraga.
Terbatasnya dukungan anggaran ini, menurut Heru Isnanto benar jadi masalah. Ia membagi pengalamannya saat akan menarik wisatawan dari Batam, yang sebagian adalah para investor ke Jawa Tengah via Semarang. Inisiatif itu telah dia sampaikan kepada Pemprov. Jateng untu memfasilitasi.
“Dan itu sudah disanggupi oleh Pemprov. Jateng, tetapi akhirnya mereka bilang tidak bisa, karena tidak ada anggaran,” ujarnya.
Lebih memprihatinkan, karena pasca Pandemi Covid-19 saat industri perhotelan dan restoran membutuhkan dukungan anggaran dari Pemprov. Jateng untuk recovery, saat itu justru terjadi Refocusing APBD – sehingga anggaran untuk sektor pariwisata justru makin kecil. Di sisi lain, diharap segera pulih dan tumbuh seperti sebelum pandemi Covid-19.
Tentang perlunya gelaran event sebagai satu di antara cara untuk meningatan unjungan tamu bagi industri perhotelan serta wisatawan bagi industri wisata, juga dibenarkan oleh Mohammad Saleh, S.T., M.En, Ketua Komisi A DPRD Jateng.
Namun dia lebih menyoroti masih kurangnya sarana bagi convention di Jawa Tengah. Padahal, Convention juga tidak kalah efektif untuk mengundang wisatawan, memperpanjang masa tinggal, serta mendatangkan icentive bagi biro perjalanan.
Jadi, serempak dengan penyelenggaraan event yang bersekala besar, seperti konferensi internasional – maka Jateng perlu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk mendukungnya, antara lain berupa convention hall yang berapasitas besar, bertaraf internasional.
“Sekarang kami sedang menginisiasi pembangunan convention hall bertaraf internasional, yang kami siapan di atas tanah seluas 10 ha – dari 50 ha yang bisa disediakan,” katanya. Rencananya, sarana itu akan dibangun di Kabupaten kendal – yang proses perijinannya, nantinya sebagai HGU selama 30 Tahun.
Sementara itu, Bambang Eko Purnomo, Ketua Pemuda Pancasila yang hadir memberikan sumbangan pemikirannya, memandang perlu dilakukannya pemberdayaan UMKM pelaku usaha pariwisata. Juga peningkatan kapasitas SDM pariwisata, serta pembinaan masyarakat seitar objek-objek pariwisata.
“Di Kota Lama Semarang, misalnya, saya dan teman-teman mengamati – beberapa turis bule coba berkomunikasi dengan penjaja jajanan atau masyarakat yang ada, mereka kesulitan. Ini berbeda dengan di Bali, Yogya atau Solo, yang masyarakatnya lebih siap untuk itu,” kata Bambang yang sekarang sedang mengajukan diri sebagai Bakal Calon Wali Kota Semarang.
Dukungan Transportasi
Diskusi berkembang saat Ir. Djoko Setijowarno, M.T. tampil memaparkan tinjauan kritisnya terhadap sarana transportasi publik di Jateng dalam konteks penyediaan kebutuhan dan pelayanan pada masyarakat, pengembangan wilayah, pengembangan perekonomian daerah, serta menunjang industri pariwisata.
Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) itu menyatakan, bahwa transportasi itu unik – transportasi adalah sarana pelengap, namun menentukan. Efisiensi angkutan orang dan barang (baca: logistik), sangat ditentukan oleh transportasi. Selain, tentu saja oleh sarana jalan.
Mengawali tinjauannya, Staf Pengajar pada Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang itu mengungkapkan ‘duka-cita’-nya terhadap diturunkannya status Bandara Ahmad Yani Semarang, bukan lagi sebagai Bandara Internasional.
“Kita memang beda. Di mana-mana di seluruh dunia, yang namanya Bandara ya Bandara. Titik,” ujarnya.
Penurunan status itu mempersuram citra Kota Semarang sebagai satu di antara spot wisata penting di Jawa Tengah. Juga mempersempit peluang kunjungan wisatawan, terutama wisman karena tidak adanya koneksi penerbangan langsung ke atau dari bandara-bandara di luar negeri.
Selanjutnya, Djoko mengungkapkan, soal transportasi publik, Pemprov. Jateng telah melakukan rintisan sejak tahun 2009 – dan baru mulai terealisasi pada tahun 2017, yang terus diembangan hingga sekarang dengan sebutan Trans Jateng – yang dibiayai dari APBD dari tahun ke tahun.
Selanjutnya, dikembangkan dengan 30 koridor di 8 Wilayah Aglomerasi di Jawa Tengah, sbb:
Terakhir, kita percaya bahwa MICE memang bisa menghidupan kota, bangkitkan perekononian rakyat – karena industri pariwisata memiliki multy player effects yang nyata.
Round Table Focus Group Discussion 3rd Series yang digelar RMOLJATENG ini masih akan berlanjut di masa datang, dengan lain tema dan beda fokus perhatian, dengan tetap menampilkan identitas dan karakter RMOLJATENG sebagai ‘Political Online Media’ – bagian dari industri pers yang merupakan pilar keempat demokrasi, akan terus kukuh mengembangkan demokrasi dan penguatan masyarakat sipil Indonesia.
- Genap Satu Bulan, Program Pemutihan Pajak Kendaraan di Jateng, Sumbangkan Penerimaan Rp 223 Miliar
- BPKP RI Temukan Ada Masalah Keuangan di Pemkab Sukoharjo
- Granat Aktif dan Ratusan Peluru Ditemukan di Gudang Warga Mrebet