Musibah KRI Nanggala Harus Jadi Momentum Perbaikan Alutista Indonesia

Musibah yang dialami TNI dalam tragedi tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 di Perairan Bali Utara pada Rabu (21/4), harus dijadikan momentum perbaikan sistem pertahanan Indonesia.


Musibah yang dialami TNI dalam tragedi tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 di Perairan Bali Utara pada Rabu (21/4), harus dijadikan momentum perbaikan sistem pertahanan Indonesia.

Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengungkapkan, sudah ada sekitar 16 kecelakaan alutsista setelah KRI Nanggala-402 ini dinyatakan tenggelam oleh pemerintah.

"Musibah ini bukan sekedar sebuah event namun harus menjadi super event yang perlu dipetik pelajaran berharga untuk perbaikan masa depan," ujar Achmad Nur Hidayat kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/4).

"Dalam pandangan kebijakan publik, setiap super event harus diidentifikasipenyebab dan konsekuensinya, dan kemudian ditemukan rekomendasi kebijakannya agar musibah tersebut tidak terjadi di masa depan," tegasnya.

Hidayat menegaskan, pelajaran berharga dari musibah tersebut adalah evaluasi pengelolaan anggaran untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia. Alutsista Indonesia memiliki beberapa masalah.

"Masalah terberat adalah masalah umur perangkat senjata yang sudah tua. Peremajaan sistem senjata sudah mulai dilakukan, sayangnya berlangsung sangat lamban,†tuturnya.

Pria yang kerap disapa Matnoer ini menuturkan, meski alasan tenggalamnya (subsunk) kapal selam KRI tersebut bukan karena kelebihan muatan, namun umur KRI Naggala tersebut yang berusia hampir separuh abad, 43 tahun dapat dimungkinkan menjadi salah satu faktornya.

"Narasi Institute berharap super event tenggelamnya KRI Nanggala harus menjadi evaluasi besar bagaimana pengelolaan alutsista Indonesia selama ini," tandasnya. [sth]