Nasib ratusan pedagang 17 komoditas di Borobudur kini semakin tak menentu. Pasalnya, mereka dilarang berjualan lagi di depan museum dalam kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur.
- Pengunjung Diprediksi Membludak, Pantai Wisata Rembang Siap Menyambut Wisatawan
- Bioskop Semarang Sudah Buka, Kapasitas Studio Dibatasi Hanya 50 Persen
- Kunjungan Wisman Selama 2017 Naik 21,84 Persen
Baca Juga
"Itu merupakan kebijakan diskriminatif manajemen pengelola TWC Borobudur," kata Ketua Serikat Pelaku Pariwisata Borobudur (SP2B), Wito Prasetyo, Jumat (01/07/2022).
Larangan bagi 342 pengasong itu justru diterapkan saat Candi Borobudur dibuka kembali bagi wisatawan, setelah kondisi Pandemi Covid-19 melandai.
Ratusan pedagang itu memiliki keluarga yang menggantungkan hidup dari hasil mengasong. "Mereka lahir, dan mencari makan bahkan akan mati di Borobudur maka jangan membuat kebijakan yang mematikan sumber nafkahnya," kata Wito.
"Kami minta bantuan DPRD dan Pemkab Magelang untuk dipertemukan dengan Komisaris PT TWC maupun manajemen pengelola taman wisata di Borobudur. Karena pedagang bisa diatur," ujarnya.
Menurut Aji Luhur, tokoh masyarakat Borobudur, setelah menggusur para pengasong dari depan museum ternyata manajemen pengelola TWC Borobudur membuka semacam minimarket.
Selain itu, Grab diizinkan masuk Taman yang membuat andong tersingkir. Lalu area parkir diserahkan ke Angkasa Pura. "Kami menuntut legalitas, kemanfaatan dan keterlibatan," katanya.
Wakil Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Magelang Suroso Singgih Pratomo mengusulkan, dibentuknya Tim Kajian tentang Borobudur yang melibatkan unsur Pemda, DPRD, masyarakat Borobudur dan pihak terkait.
"Mengenai penghidupan dan kehidupan masyarakat juga menjadi masalah bagi DPRD. Minimal kami bisa membersamai," katanya.
Grengseng Pamuji, anggota Komis I, berpendapat, pembangunan pariwisat super prioritas Borobudur belum sinkron dengan pembangunan daerah. Sehingga kalau pemda dan masyarakat bisa ambil bagian dalam pengkajian permasalahan yang timbul tentu menjadi entry point.
"Tidak perlu saling menyalahkan. Tetapi bagaimana mencari jalan ke depan agar pembangunan menjadi lebih baik. Misal di bidang sosial dan ekonomi," ujarnya.
- Berkebaya Ibu Negara Rela Berjalan Sejauh 750 Meter ke Musium Batik
- 100 Tahun Taman Balekambang Solo Gelar Event Seni Budaya
- Semarang Night Carnival 2022 Kembali Dilaksanakan Secara Hybrid