Data terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan, bahwa lebih
dari dua pertiga penduduk Jalur Gaza mengalami rawan pangan.
- Bupati Purbalingga Salurkan Bantuan Korban Angin Ribut
- Pengunjuk Rasa Anti-Vaksin Serbu Kantor Regulator Medis London
- Penggemar Foo Fighters Berduka, Taylor Hawkins Meninggal Dunia
Baca Juga
Data terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan, bahwa lebih dari dua pertiga penduduk Jalur Gaza mengalami rawan pangan.
Sedangkan, lebih dari setengahnya hidup di bawah garis kemiskinan serta banyak dari warganya yang tidak mempunyai pekerjaan.
Serangan bersenjata dipercaya penyebab utama dari situasi ekonomi dan kemanusiaan yang mengerikan saat ini di sana.
Menanggapi hal tersebut, Program Pangan Dunia (WFP) telah menyalurkan bantuan kepada lebih dari 51.000 warga di Jalur Gaza, mereka khawatir akan memburuknya krisis kemanusiaan.
Penurunan tersebut bisa saja terjadi karena kekurangan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan penduduk di bawah pengepungan militer Israel dan dampak dari kenaikan harga pangan yang selangit.
"Bagi orang-orang yang kehilangan atau meninggalkan rumah mereka, salah satu kebutuhan paling mendesak saat ini adalah makanan," kata Petugas WFP Palestina Samer Abdeljaber dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari PL, Selasa (18/5).
Abdeljaber menambahkan bahwa banyak warga melarikan diri hanya dengan pakaian yang mereka kenakan dan menunggu bersama keluarga, serta teman-teman mereka untuk mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh Tel Aviv.
"Badan PBB awalnya menggunakan bantuan tunai, yang dianggap sebagai cara tercepat dan paling efektif untuk memberikan dukungan, dan mulai membagikan kartu yang dapat digunakan penerima bantuan di toko-toko yang masih buka dan di mana makanan tersedia untuk saat ini," kata Abdeljaber.
WFP bekerja sama dalam penilaian teknis tentang situasi kemanusiaan, dan direkturnya untuk Timur Tengah, Corinne Fleischer, mengenang bahwa orang-orang di Gaza sudah hidup dalam kesulitan, dan banyak keluarga hampir tidak dapat menyediakan makanan di atas meja.
"Situasi mereka semakin memburuk dengan pembatasan akibat pandemi Covid-19," katanya.
Wilayah Palestina telah hidup di bawah blokade Israel sejak 2007, dengan pergerakan terbatas produk dan barang melalui jalur tertentu, dan serangan tersebut mengancam memperburuk situasi di wilayah yang dihuni oleh sekitar dua juta orang ini.
**
- GP Ansor dan Banser Renovasi Makam Ulama di Mesir
- Paus Frasiskus Diam-diam Kunjungi Toko Kaset di Roma
- Pemimpin Senior Al Qaeda Abdul Hamid Al-Matar Dilaporkan Tewas