Pemakaman Sederhana Sang Gembala, Namun Berdampak Dalam Hubungan Internasional

Peti Mendiang Paus Fransiskus Dalam Misa Requiem Yang Dipimpin Oleh Kardinal Giovani Batistta Re Di Lapangan Santo Petrus, Sabtu (26/04). VaticanNews
Peti Mendiang Paus Fransiskus Dalam Misa Requiem Yang Dipimpin Oleh Kardinal Giovani Batistta Re Di Lapangan Santo Petrus, Sabtu (26/04). VaticanNews

Vatikan - Sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh mendiang Paus Fransiskus, yakni menginginkan prosesi pemakamannya sebagai seorang gembala, maka pemakamannya dilaksanakan secara hikmat dan lancar pada Sabtu (26/04) kemarin.  


Wasiat sederhana ini memiliki dampak besar karena semua tradisi pemakaman kepausan selama ribuan tahun disederhanakan. Dimulai dari Ibadah Requiem yang dipimpin oleh Kardinal Giovani Battista Re di Lapangan Santo Petrus dan berakhir di Basilika Santa Maria Maggiore (St Mary Major Church), semua prosesi tersebut menyiratkan hidup Fransiskus.

Ribuan petugas protokoler Vatikan dan internasional bekerja keras karena para pelayat dengan status sangat sangat penting (VVIP) datang dari berbagai belahan dunia. Puluhan sniper dan petugas keamanan yang punya prioritas melindungi para kepala negaranya masing-masing membuat para petugas Vatikan perlu ekstra hati-hati.  

Presiden Amerika Serikat Donald Trump Dan Melania Trump Di Sebelah Presiden Estonia Alar Karis. Getty Images

Tampak duduk berjajar para wakil dunia menghormati kepergian Sri Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus antara lain Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan Presiden Macron dari Prancis. Juga hadir dalam kapasitas resmi Presiden India Droupadi Murmu, Raja Yordania Abdullah II dan Ratu Rania, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Imam Besar Ahmed El-Tayyeb dari Mesir, Wakil Presiden Cevdet Yilmaz dari Turki, Menteri Luar Negeri Saudi Arabia Adel al-Jubeir, Menteri Kebudayaan Iran Abbas Salehi, Putra Mahkota Maroko Moulay Hassan dan Presiden Lebanon Joseph Aoun.

Raja Yordania Abdullah II Dan Ratu Rania. VatikanNews

Protokoler VVIP ini disusun berdasarkan abjad bahasa Prancis dan jelas berupaya untuk menghindarkan acara pemakaman dari insiden internasional. Protokol memberikan prioritas utama dari para VVIP ini kepada Presiden Argentina Javier Milei sebagai kepala negara dari mana Paus Fransiskus berasal dan Perdana Menteri Italia Giorgio Meloni, yakni negara dimana Vatikan berada. Keduanya duduk pada dua kursi paling ujung dari deretan para tamu negara.

Dan karena abjad Prancis inilah maka tidak mengherankan posisi Presiden Republik Indonesia ke-7 Joko Widodo sebagai wakil negara bersebelahan dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy dari Ukraina.

Hadirnya para kepala negara dan pemerintahan ini bak suatu pertemuan internasional tingkat tinggi. Tidak mengherankan telah terjadi pertemuan-pertemuan antar kepala negara dan pemerintahan yang dibuat secara dadakan sebelum dan sesudah Misa Requeiem (Pemakaman).

Liputan sebelumnya dapat dibaca pada tautan berikut:

Ibadah Penutupan Peti Mendiang Paus Fransiskus Awali Rangkaian Prosesi Pemakamannya

Salah satu yang menggemparkan jagad diplomasi dunia adalah sesaat sebelum Misa Requiem dimulai, Presiden Trump dan Presiden Zelenskyy duduk berdua dan berdiskusi selama 15 menit.

Gedung Putih menyatakan bahwa pertemuan itu merupakan pertemuan yang produktif, sementara Zelenskyy menyatakan pertemuan itu simbolis dan memiliki potensi menjadi bernilai sejarah. Sebelumnya, keduanya bertemu pada 28 Februari dalam kondisi saling bersitegang secara terbuka di hadapan kamera awak media dari seluruh dunia. Presiden Macron terlihat sempat diajak tetapi ia tidak mengindikasikan ingin duduk bersama dan berlalu setelah memberikan salam.

Pertemuan kedua kepala negara juga dilakukan oleh para kepala pemerintahan negara lain. Pesan rekonsiliasi dan perdamaian yang dihayati dan dilakukan oleh Paus Fransiskus bahkan tetap berlangsung saat ia sudah mangkat.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump Dan Presiden Ukraina Volodimir Zelenskyy Sesaat Sebelum Misa Requiem Bagi Paus Fransiskus. Getty Images

Waktu kepergian dan pemakaman Paus Fransiskus terjadi pada Tahun Yobel atau Jubilee Year dalam kalender Gereja yang dirayakan 25 tahun sekali. Tahun Yobel yang dimulai pada Malam Natal 2024 ini akan berlangsung selama setahun dengan tema yang diresmikan sendiri oleh mendiang Fransiskus sebagai Tahun Para Peziarah Harapan.

Sebagai latar belakang, Tahun Yobel ini adalah peraturan yang dituliskan di dalam Kitab Imamat, salah satu dari kitab yang ditulis oleh Musa, demi terjadinya restorasi atau pemulihan yakni pemutihan dan penghapusan semua hutang piutang, pembebasan para budak belian, dan pengistirahatan tanah garapan pertanian selama setahun penuh.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir. Claudio Fontana