Pemprov Jateng Jadi Inisiator Mimpi UMKM Tembus Ekspor

Pemilik Qina Bandeng Parasanty Leigita Caprina Janalti menunjukkan varian produk usaha miliknya. RMOL Jateng
Pemilik Qina Bandeng Parasanty Leigita Caprina Janalti menunjukkan varian produk usaha miliknya. RMOL Jateng

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen mendukung pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas, mulai dari kualitas hingga produksi berorientasi ekspor. UMKM memiliki peran strategis menopang sekaligus menggerakkan roda perekonomian provinsi ini.


Salah satu pelaku usaha yang mendapatkan campur tangan dari Pemprov Jateng adalah produsen Bawang Goreng Simbok asal Brebes. Ragam produk Bawang Goreng Simbok bahkan sudah ‘terbang’ ke mancanegara. 

“Produk kami pertama kali bisa menembus luar negeri pada tahun 2020. Pembeli dari  Australia mengingatkan untuk melengkapi dokumen-dokumen,” ucap Pemilik Bawang Goreng Simbok, Ani Susilowati, kepada RMOL Jateng belum lama ini. 

Pemilik usaha Bawang Goreng Simbok Ani Susilowati saat menunjukkan produk usahanya. Dok

Ani merintis usaha mulai tahun 2017 dan sudah lengkap administrasi untuk menjangkau pasar mancanegara seperti HAKI, HACPP (Hazard Analysis and Critical Control Points), BPOM dan sertifikat halal. Selain Australia, beberapa negara sudah bisa menikmati Bawang Goreng Simbok seperti Belanda, Turki, Arab Saudi hingga Jerman. 

Ani berkisah saat baru memulai bisnis makanan kemasan ini. Kala itu, tahun 2016 harga bawang merah di Brebes anjlok. Sebagai warga Brebes serta daerah tersebut dikenal penghasil bawang merah hingga Ani tergerak untuk mengolah komoditas tersebut agar memiliki nilai jual lebih. 

Variasi produk Bawang Goreng Simbok dari Brebes yang telah diekspor ke luar negeri. Dok

“Kami ingin mengolah produk makanan dari bawang merah dengan berbagai perbaikan,” tegas dia. 

Pertama, kualitas. Ani melahirkan produk bawang merah berbeda dengan produk lain di pasaran. Produknya memiliki ketahanan masa simpan hingga satu tahun. Oleh sebab itu, menggunakan bawang merah jenis prima asal Brebes.

Lalu, kemasan menggunakan alumunium. Saat itu, UMKM lain menggunakan plastik. Dia pun berpikir menggunakan alumunium karena merujuk standar BPOM agar bisa dipasarkan di pasar modern. 

Dilanjutkan perijinan, pada tahun tersebut belum banyak UMKM memperhatikan kelengkapan surat-surat produk. Berbekal semangat ingin menembus pasar modern, Ani memenuhi persyaratan dari buyers tersebut.

Sedikit kilas balik, produk Bawang Goreng Simbok sudah dapat dinikmati di luar negeri. Namun begitu, volume penjualan terbatas karena dibawa oleh relasi atau saudara saat berpergian ke luar negeri. Alhasil, dia pun bertekad melengkapi persyaratan demi bisa dinikmati WNI di luar negeri. 

“Dalam proses tersebut banyak dibantu instansi meliputi Dinas Koperasi dan UMKM dan Dinas Perindustrian Jateng hingga Kementerian Koperasi,” terang dia. 

Hingga akhirnya pada Juni 2022 proses memperoleh label BPOM diperoleh. Ani mengaku banyak dibantu Kepala Dinas dan UMKM saat itu. Sejalah dengan perijinan HACPP yang dibantu oleh Kementerian Koperasi karena termasuk lima besar UMKM secara nasional.

Dalam perjalanan waktu, usaha Bawang Goreng Simbok semakin berkembang. Omzet per bulan semakin meningkat mencapai kisaran Rp40 juta. Berbagai upaya ditempuh untuk memasarkan produk yakni penjualan daring, lokapasar hingga pameran. 

“Pameran ini pun difasilitasi oleh dinas di Pemprov, kementerian hingga Bank Indonesia. Pameran offline membuat produk kami semakin dikenal masyarakat,” terang dia.

Terkait nama, Bawang Goreng Simbok merujuk pada sebutan ditujukan ke ibu. Generasi saat ini mungkin belum akrab dengan kata simbok, identik dengan tua dan kuno. Ani ingin mengangkat kata tersebut kembali serta membangkitkan kenangan dengan ibu.

“Bawang goreng ditabur ke masakan akan membuat makan lebih lezat seperti masakan ibu di rumah,” kata dia. 

Adapun varian Bawang Goreng Simbok meliputi original, pedas terasi, teri medan, udang rebon dan telur asin. Varian rasa ini juga berasal dari bahan dan rempah asli bukan bumbu instan. Hal ini bertujuan perpaduan rasa dengan bawang goreng semakin menyatu di lidah. 

Dukungan Pemprov Jateng juga dirasakan Pemilik Qina Bandeng di Jalan Duduhan Raya No 2 Mijen, Kota Semarang, Parasanty Leigita Caprina Janalti dalam mengembangkan usaha miliknya. 

Santy memulai usaha setelah resign dari sebuah bank BUMN tahun 2018. Dia mengaku pada awalnya hanya ingin mencoba setelah didorong sang ibu pada pertengahan 2019. 

“Ikon oleh-oleh khas Semarang adalah bandeng, jadi terlontar ide mengolah ikan bandeng,” ungkap dia saat ditemui RMOL Jateng.

Santy bertekad merintis usaha dengan meminimalisir sampah (zero waste). Di tangannya, berbagai ragam ikan bandeng diolah menjadi bahan pangan dan cemilan.

Produk Qina Bandeng tersedia dari kemasan frozen hingga kering. Mulai ikan bandeng presto maupun otak-otak, siomay, abon, pastel, kerupuk duri, kerupuk kepala dan keripik kulit. 

Qina Bandeng memiliki ciri khas kaya rempah dan tidak amis disantap. Sedangkan, ide awal membuat abon bandeng menyasar segmen anak kecil yang tidak suka makan ikan agar tetap mau makan menggunakan taburan abon. 

Bandeng presto produk Qina Bandeng berlokasi di Mijen, Kota Semarang bisa ditemui di toko oleh-oleh, tempat wisata, rest area dan hotel. Dok

Usahanya mengembangkan Qina Bandeng tak lepas dari tantangan. Berbagai pengalaman sudah dirasakan mulai dari ditipu reseller hingga margin kecil. Namun begitu, Santy tetap bertekad meneruskan bisnis ini.

Perlahan tapi pasti usahanya mulai melaju pesat. Dari mulai dititipkan pada tukang belanja, warung dan pasar tradisional. 

Santy berupaya membranding Qina Bandeng dengan menjalin relasi ke instansi terkait. Usahanya membuahkan hasil hingga dilirik dinas perikanan dan dinas koperasi dan UMKM di Pemprov Jateng hingga Kadin Jateng. 

“Berbagai event pameran dan pelatihan mulai difasilitasi dan produk Qina Bandeng makin luas jangkauannya,” ungkap dia.

Kelengkapan administrasi sudah dipenuhi mulai PIRT, BPOM, SNI dan SKP. Sedangkan, dokumen untuk persyarakatan luar negeri masih ditempuh. 

“Rencananya ingin masuk ke negara-negara Asia untuk produk makanan ringan seperti abon dan keripik kulit,” terang dia. 

Kini Qina Bandeng sudah bisa ditemui di toko oleh-oleh, tempat wisata, rest area, hotel hingga lokapasar. Selain belanja luring, Santy juga menggunakan ruang digital. Bahkan, penjualan daring membuat Qina Bandeng bertahan di tengah terpaan pandemi Covid-19. Semua jejaring dunia maya diaktifkan untuk menggaet pelanggan hingga dari luar Senarang. 

“Modal awal Rp5-10 juta dengan dua pekerja sekarang sudah bisa memperkerjakan lebih banyak dengan omzet Rp25 juta per bulan,” ungkap dia. 

Untuk permodalan, dinas di Pemprov juga sudah memfasilitasi namun Santy belum memanfaatkan.

Santy berharap usahanya semakin berkembang hingga ke mancanegara. Tahapan untuk meraih sertifikat HACPP semakin dipermudah dan dipercepat. 

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Eddy Sulistiyo Bramiyanto mendukung UMKM agar produknya bisa sampai ke luar negeri. 

Oleh sebab itu, pihaknya melakukan berbagai upaya ke UMKM, terutama produk telah siap melakukan pemasaran ke luar negeri. Meliputi peningkatan kualitas produk, kemasan, pemasaran dan sebagainya. 

“Kita latih para UMKM ini, yang menurut kami sudah siap untuk go international dan siap ekspor, kita latih dengan tata cara bagaimana UMKM bisa ekspor,” kata dia. 

Berdasarkan data, pada tahun 2021 sekitar 42 UMKM melakukan ekspor sekitar 25 negara. Sedangkan, pada tahun 2022 sebanyak 172 UMKM di sekitar 45 negara. 

“Kami mendorong UMKM untuk go international. Kita bantu melalui pelatihan-pelatihan, kita bantu jaringan-jaringannya, kita bantu dengan konsultan-konsultan ekspor yang membantu UMKM. Di sini ada UMKM makanan dan nonmakanan. Negara (tujuan ekspor UMKM Jateng) Eropa, Amerika, Jepang, Korea Selatan, maupun yang di daerah Asia seperti Arab Saudi dan Dubai juga menjadi tujuan,” papar dia. 

Bergandengan Tangan Angkat UMKM Naik Kelas 

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memiliki sejumlah terobosan untuk mendorong pertumbuhan UMKM. 

Di antaranya Lapak Ganjar yang dipelopori oleh mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuka akses permodalan lewat kredit murah dengan bunga sangat rendah. Kredit ini menjadi pelopor bunga rendah di Indonesia dan membuka akses pembiayaan untuk modal usaha bagi pengusaha ultramikro, mikro, dan startup.

Lalu, ada Hetero Space mendorong tumbuhnya ekosistem ekonomi digital berbasis UMKM, diwujudkan dengan membangun Hetero Space. Sejak 2020-2022, Hetero Space Jateng berlokasi di Semarang, Surakarta dan Banyumas sudah melatih 60.000 lebih peserta.

Lalu, untuk mendorong serapan produk lokal dalam belanja pemerintah, Ganjar juga meluncurkan aplikasi Blangkon Jateng pada 2021.

Begitu pula dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah secara rutin memfasilitasi UMKM Gayeng di Kota Semarang.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengatakan, potensi UMKM layak untuk dioptimalkan karena memiliki peran sangat besar terhadap perekonomian. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra. RMOL Jateng

“KPwBI Jateng telah melaksanakan berbagai program pengembangan UMKM melalui tiga pilar yaitu korporatiasasi, kapasitas dan pembiayaan," kata Rahmat. 

Salah satu kegiatan mendorong UMKM naik kelas di sisi hilir dilaksanakan oleh KPwBI Provinsi Jateng adalah perluasan pemasaran melalui pelaksanaan Pameran UMKM Gayeng secara tahunan sejak 2019. 

Penyelenggaraan tahun kelima pada April 2023 mengangkat tema Go GRANDE atau Go GReen, sustAiNable, Digital and Export. Pilihan kata GRANDE menggambarkan harapan Bank Indonesia dan pemerintah daerah agar UMKM menjadi besar. Pada perhelatan UMKM Gayeng ke-5 ini, perluasan pasar UMKM Jateng bukan hanya di pasar nasional, namun hingga ke mancanegara yaitu Singapura dan Belgia. 

“Tujuan utama pelaksanaan pameran di kedua negara tersebut adalah memperkenalkan produk-produk UMKM Jateng berkelas ekspor yang telah diseleksi melalui proses kurasi  ketat,” kata Rahmat, belum lama ini. 

Dari sebanyak 312 UMKM mitra dan binaan KPwBI Provinsi Jateng, terdapat 75 UMKM yang memiliki potensi ekspor, yang menghasilkan berbagai produk mulai dari kain dan fashion, kerajinan maupun makanan dan minuman.

Produk-produk kerajinan (craft) seperti mainan kayu, produk kerajinan kerang, woodenware serta produk keramik menjadi  favorit potensial buyer di luar negeri. 

Bahkan dua UMKM Jateng telah berhasil menjadi pemasok tetap produk ceramic homedeco dengan wooden kitchenware di Bugis Junction Singapura.

Keberhsilan menghubungkan UMKM Jateng dengan potential buyer  nantinya diharapkan mampu mendorong UMKM memiliki pangsa ekspor semakin meningkat. 

“Kami merangkul stakeholders serta masyarakat untuk bersama-sama memajukan UMKM Jawa Tengah agar dapat naik kelas dan menjadi kebanggaan bangsa,” tandasnya.