Peternak Ayam Menjerit, Pendapatan Merosot 50 Persen, Dari Pada Rugi Jual Murah

Sudah sebulan terakhir ini banyak peternak menjual ayam murah. Bukan ayam afkir atau sakit, tapi untuk menyelamatkan diri dari kerugian yang makin besar.


"Sejak wabah corona kami tidak bisa menjual semua ayam, daya beli masyarakat turun hingga 50 Persen. Terpaksa kita lepas (jual) harga murah daripada semakin rugi," kata Heri Haha, peternak ayam warga Nguter Sukoharjo, Rabu (22/4/2020).

Akibat wabah corona ini banyak pelanggannya mengurangi jumlah pembelian. Selain itu pengiriman ke luar kota agak kesulitan, karena sejumlah kota melakukan pembatasan masuk.

Dijelaskan Heri, ia punya lima kandang dengan kapasitas 10 ribu ekor ayam tiap kandangnya. Saat ini terpaksa sebagian kandang ia panen sebelum waktunya.

"Kalau biasanya panen 40 hari sekali, kemarin usia 30 hari sudah panen, karena biaya pakan, pengeluaran bisa membengkak," imbuhnya.

Kalau harga normal ayam dijual Rp 16 ribu/kg, kini hanya dijual Rp 9-10 ribu/kg saja.

Diakui Heri, sekitar 80% peternak di Sukoharjo ikut program kemitraan dengan perusahaan. Namun bukan tanpa rugi, karena biaya pakan juga membebani.

"Sampai saat ini saya belum merumahkan karyawan, meski kerugian mencapai 40 persen, semoga keadaan segera membaik," tandasnya.

Terpisah, Singgih Januratmoko, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) membenarkan ada keterpurukan sejumlah petani dan peternak akibat wabah Covid-19.

"Tidak hanya peternak, petani dan nelayan yang terimbas, tapi multiplayer efek, pedagang pasar, warung makan hingga restoran juga merugi. Khusus untuk perdagangan ayam memang lebih terasa, kerugian mereka mencapai 50%," kata Singgih saat dihubungi

Singgih yang juga anggota DPR-RI komisi VI ini mengaku tengah memperjuangkan nasib peternak. Salah satunya dengan mendorong BUMN membeli hasil ternak yang kemudian dijual atau dibagikan pada masyarakat.

"Saat ini sudah ada kesepakatan pembelian 12 juta ekor ayam oleh BUMN. Diharapkan bisa membantu peternak khususnya peternak lokal atau kecil yang ada di daerah," imbuh Singgih.