Jelang Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar
Desember mendatang, mulai terjadi pengelompokkan dalam menunjang
kerja-kerja pemenangan kandidat calon ketua umum. Kedua kelompok saling
klaim kehebatan para calon yang didukung.
- PDIP: Jokowi Umumkan Cawapres Saat Injury Time
- Pilkada Kudus Makin Dekat, Dua Cabup Kudus Berlomba Pikat Simpati Rakyat
- SPIN: Prabowo Tetap Patriotik untuk Jadi Pemimpin Indonesia
Baca Juga
Analis politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, kemunculan kelompok ini adalah gambaran dari dua kubu yang pastinya memiliki jalan yang berbeda untuk partai beringin di masa mendatang.
"Kalau dikelompokkan maka ada dua arus utama, diumpamakan ada Golkar Putih dan Golkar Hitam. Persepsi hitam versus putih ini sering muncul jelang Munas, karena kedua pemilik suara biasanya membanding-bandingkan kandidat yang ada," ujar Hendri dalam forum diskusi yang digelar Front Page Communication baru-baru ini.
Hendri mengatakan, Golkar Putih mengusung tema perubahan besar dengan aspek kebaruan yang dibawa serta citra sebagai partai bersih dengan figur yang relatif dipercaya karena integritasnya.
"Sedangkan Golkar hitam justru dipersepsi pragmatis, oportunis dan bisa saja bila salah langkah malah merusak Golkar," imbuhnya.
Persepsi antara hitam dan putih menjelang kongres ini, kata Hendri, adalah sebuah hal yang memberikan arti tersendiri bagi para pendukungnya masing-masing. Citra ini juga akan mempengaruhi elektabilias sosok calon ketua umum yang maju pada Munas nanti.
"Representasi itu ada pada kandidat Caketum yang akan maju pada Munas. Tinggal adu kuat apakah yang hitam atau putih yang menang. Atau memang tidak ada yang hitam dan keduanya saat ini sama-sama putih?" tanyanya.
Untuk calon yang maju, diketahui sudah ada dua kandidat diantaranya Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Hendri berpandangan sosok Airlangga dekat dengan persepsi Golkar Putih karena sosok yang bersih dan memiliki ide yang besar dalam membesarkan partai.
"Mungkin juga karena Airlangga lebih dikenal ya, sehingga citra baik mudah terbentuk," ungkapnya.
Apalagi dalam sejarah Partai Golkar, dari dahulu sampai sekarang selalu tidak jauh dari lingkar kekuasaan. Dari kedua kandidat, yang memiliki posisi itu hanya dimiliki Airlangga yang mendapat kepercayaan sebagai Menteri Perindustrian dibawah kepemimpinan Joko Widodo.
"Dan posisi itu saat ini ada bersama Pak Airlangga," tukasnya. [fak]
- Tak Ada Proses Demokrasi Yang Terganggu Jika Gugatan JK Dikabulkan
- Ratusan Pelajar Semarang Tuntut KPU Patuh pada Putusan MK
- Polres Purworejo Kerahkan 39 Personel Kawal Cabup-Cawabup