Resmikan Pembangkit Tenaga Angin Komersial Pertama

Presiden Joko Widodo meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) komersial pertama di Indonesia, kemarin. Saking takjubnya, bekas Gubernur DKI Jakarta itu merasa sedang berada di Belanda, padahal di Sidrap (Sidenreng Rappang), Sulawesi Selatan.


Dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, bukan hanya pepohonan atau bebatuan besar layaknya daerah perbukitan, salah satu dataran tinggi di pinggiran Sulawesi Sela­tan (Sulsel) kini pantas disejajarkan dengan negara maju, seperti Be­landa atau Denmark.

Pasalnya, di Desa Mattirotasi, Kecamatan Watangpulu, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) telah dibangun 30 turbin PLTB berukuran besar dan tinggi. Sekilas seperti kincir angin yang ada di Belanda.

Tinggi menaranya menca­pai 80 meter (m). Turbin yang digunakan adalah turbin an­gin kelas II A dengan panjang baling-baling 57 m. Sehingga jika ditotal, ketinggian turbin mencapai 137 m dan masing-masing turbin berkapasitas 2,5 megawatt (MW) Wind Turbine Generator (WTG).

PLTB Sidrap I merupakan pembangkit bertenaga angin skala komersial pertama di In­donesia. Pembangunan dimulai Agustus 2015 lalu dan mulai dioperasikan akhir Maret 2018. Proyek dengan investasi 150 juta dolar AS ini dapat mengaliri listrik lebih dari 70 ribu pelang­gan listrik dengan daya 900 volt ampere (VA), serta menyerap tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 40 persen.

"Seperti yang kita lihat, PLTB tidak hanya di Sidrap, tetapi juga di Jeneponto sudah 80 persen (pro­gresnya-red). Juga sudah berjalan di Tanah Laut. PLTB Sukabumi akan dibangun," ujar Jokowi.

Dia mengaku senang meli­hat beroperasinya PLTB Sidrap. Apalagi saat datang, semua baling-baling berfungsi dengan baik dan karena anginnya cukup kencang.

"Artinya di sini anginnya lebih dari cukup. Kok serasa di Belanda ini, kaya di Eropa tapi ternyata di Sidrap," kata dia.

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam urusan mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT). Misalnya, energi panas bumi yang potensin­ya mencapai 29 ribu MW, namun baru bisa digarap 2 ribu MW.

Dia berharap, target bauran energi primer dan energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 bisa terwujud. Dengan begitu komitmen negara G20 untuk men­gurangi emisi bisa terealisasi.