Santri Militan Jokowi Kecewa Amien Rais Dikotomi Parpol

Politikus PAN Amien Rais melontarkan pernyataan yang mengundang kecaman. Mantan Ketua MPR RI itu mendikotomikan partai politik di Indonesia menjadi dua kategori, partai Allah (hizbullah) dan partai setan (hizbusyaiton).


Sejumlah politisi menyayangkan pernyataan Amien Rais. Sebagai politikus senior tak seharusnya dia membuat pernyataan yang memantik kegaduhan politik nasional.

Bukan cuma kalangan politisi yang berang dengan dikotomi partai ala Amien Rais. Kalangan pemuka agama dan santri juga ikut beraksi. Ribuan santri di Banten yang tergabung dalam Santri Militan Jokowi (Samijo) menganggap pernyataan Amien Rais berpotensi memecah belah bangsa.

Para santri meminta Amien Rais tidak menjadikan agama sebagai alat kepentingan politik praktis. Dengan mendikotomikan ini partai setan dan itu partai Allah, maka Amien telah menjadikan agama sebagai alat politik.

"Apalagi itu dikatakan Pak Amien dalam tausyiah di masjid. Jadi sangat jelas, Pak Amien telah menjadikan agama sebagai alat propaganda politik," kata Koordinator Samijo, Ibnu Baliran Ali di Serang, Banten, Jumat (27/4) seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL

"Sedangkan semua tahu dan sudah ada contohnya di Pilgub DKI kemarin. Jika suku, ras, agama dijadikan alat politik maka menimbulkan kegaduhan luar biasa dan masyarakat terbelah," tambah Ibnu.

Amien Rais sempat membantah jika pernyataannya untuk mendikotomikan partai di Indonesia. Pernyataan itu hanya kritik kepada pemerintahan Presiden Jokowi.

Meski begitu, menurut Ibnu, kritik Amien kurang tepat. Pasalnya, untuk menjadikan negara ini besar dan kuat, harus ada sinergisitas seluruh elemen bangsa dengan pemerintah.

"Kerjasama ulama dan umaro sangat penting. Keduanya harus terus beriringan, saling mengisi, menguatkan satu sama lain, bukan justru dipecah-belah oleh pernyataan-pernyataan yang provokatif, negatif, mencibir, fitnah dan bahkan menjatuhkan," sindir Ibnu.

Ibnu menjelaskan alasan mendeklarasikan Samijo. Selain untuk memerangi kejelekan dan menyebarkan kebaikan (amar ma'ruf nahi munkar), Jokowi sebagai presiden sudah mejalankan pemerintahan sangat baik. Termasuk menjalin hubungan dengan para ulama dan habaib untuk membangun bangsa dan negara.

"Adalah tidak benar Jokowi difitnah jauh dari ulama, benci dengan umat Islam. Dalam beberapa kesempatan Jokowi meluangkan waktu bertemu ulama, habaib dan para santri. Sikap Jokowi pun sangat santun terhadap ulama," ungkapnya.

Beberapa kebijakan Jokowi pun dianggap mengapresiasi peran ulama dan santri. Misalnya, pada pemerintahan Jokowi telah ditetapkan Hari Santri Nasional (HSN). Kemudian Jokowi menolak Full Day School (FDS) yang dianggap akan mendegradasi sistem pendidikan pesantren.

"Alasan itulah yang membuat kami sebagai santri mendukung Jokowi dan menolak keras semua propaganda yang menyudutkan pemerintahan Jokowi," pungkasnya.