Seniman Bisa Mendorong Kontrol Sosial

Musisi atau seniman bebas berkreasi untuk menghasilkan karya-karya terbaik di era reformasi. Sebab, demokrasi memberikan ruang kebebasan kepada siapapun untuk berkarya, termasuk para seniman.


Begitu diutarakan mantan aktivis 98, Bambang Ali Priambodo dalam diskusi bertajuk "Refleksi 20 Tahun Reformasi dari Mata Pegiat Seni" di Jakarta, Kamis malam (17/5).

"Bagaimana 20 tahun reformasi, saya pikir kita tidak diarahkan untuk membuat apa yang mau kita buat sebagai seniman. Kita tidak dilarang untuk mengkritik rezim," jelasnya seperti dikutip dari Kantor Berita

Vokalis Dod'z With The Warriors ini menjelaskan, saat ini seniman atau musisi lebih dihadapkan kepada pertanggungjawaban terhadap hasil karya, bukan kepada rezim seperti orde baru.

"Dua puluh tahun reformasi memang memberikan ruang luas bagi siapapun untuk berkarya. Ditambah lagi dengan adanya konsep digital. Kita sekarang bebas, ada YouTube, facebook dan lain-lain. Seniman bisa mendorong kontrol sosial," jelas Dodo yang juga salah seorang pendiri organisasi mahasiswa Front Nasional ini.

Musikus Tony Waluyo Sukmoasih yang lebih dikenal dengan Tony Q Rastafara, menyampaikan, reformasi 98 lalu bukan hanya bagaimana membangun sistem pemerintahan, tetapi lebih bagaimana menumbuhkan kesadaran bersama untuk menjadi lebih baik.

"Jadi reformasi itu sebenarnya lebih kepada bagaimana manusia-manusianya ini untuk membangun kesadaran, untuk membuat reformasi yang sebenarnya," ujar Presiden Reggae Indonesia ini.

Soal bagaimana peran musikus untuk mencegah maraknya aksi radikal dan terorisme, menurut Tony, bisa dengan dilakukan dengan karya-karya yang menumbuhkan rasa cinta tanah air.

"Bicara teroris ini kita tidak bisa hanya bicara hari ini. Saya pikir mungkin ada kepentingan global sebenarnya. Contohnya, kalau runut-runut, kalau kebijakan negara tidak ikut dengan si A, B, lalu ada ini ada itu," ujarnya.

"Semua pihak harus ambil bagian untuk mencegah diri masing-masing, kemudian keluarga dan lingkungan agar tidak terbawa bujuk rayu para teroris dan pihak-pihak yang tidak toleransi," sambung Toni.

Refleksi 20 tahun Reformasi digelar Pena 98 dengan acara pameran photo dan diskusi di 11 daerah sampan puncak di tanggal 21 Mei nanti.

Kegiatan  PENA 98 bertema "Untuk Alasan Apapun Kami Tidak Mau Kembali Ke Orde Baru', ini mengingatkan anak bangsa jangan pernah kembali ke masa tersebut.