Serangan Tikus Masih Ancam Lahan Pertanian Di Kalibening, Bantuan Masih Kurang

Koordinator BPP Kecamatan Kalibening Didampingi Danramil Kalibening Saat Menyerahkan Bantuan Umpan Racun Dan Mercon Tikus Kepada Petani Terdampak, Selasa (29/04). Gatot HC/RMOLJawaTengah
Koordinator BPP Kecamatan Kalibening Didampingi Danramil Kalibening Saat Menyerahkan Bantuan Umpan Racun Dan Mercon Tikus Kepada Petani Terdampak, Selasa (29/04). Gatot HC/RMOLJawaTengah

Banjarnegara - Serangan hama tikus dilaporkan melanda lahan pertanian di Blok Sindu, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.


Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kalibening, Heri Misanto, membenarkan laporan tersebut dan menyatakan bahwa Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan (Distankanak) Banjarnegara telah merespons dengan mengirimkan bantuan.

"Bantuan berupa 40 kilogram umpan racun tikus dan 2.000 mercon asap tikus telah didistribusikan," kata Heri, Selasa (29/04).

Namun, ia menilai jumlah bantuan tersebut masih jauh dari mencukupi, mengingat luas area yang terdampak serangan.

"Kami sudah mengusulkan penambahan bantuan agar serangan hama bisa dikendalikan," tambahnya.
Mengenai potensi gagal panen, Heri menyebut saat ini belum dapat dipastikan karena tanaman masih dalam tahap pertumbuhan. Ia mengimbau para petani untuk memperbanyak pemasangan perangkap tikus selama masa tanam dan mengadakan kegiatan gropyokan tikus secara serentak setelah panen.

"Kalau tidak dilakukan secara kolektif, populasi tikus akan terus meningkat dan sulit dikendalikan," ujarnya.

Distankanak Banjarnegara diharapkan segera menindaklanjuti usulan tambahan bantuan agar kerugian petani bisa diminimalisasi.

Sebelumnya, Winarto, 54 tahun, mengeluh tentang serangan hama tikus yang sejak beberapa hari ini makin mengganas. Tanaman padi yang mestinya menua dengan cantik justru rebah dan berlubang. 

Hama tikus menyerang, dan tak banyak yang bisa ia lakukan selain memanjatkan doa di sela langkahnya. Di hadapannya, hamparan padi yang seharusnya mulai menguning perlahan menua dengan aneh. 

Batang-batang di tengah petakan sawah tampak kusam, sebagian bolong bekas gigitan tikus. "Padahal padi baru saja masuk fase meteng atau mulai hamil membentuk buah," kata Winarto, Minggu (27/04).

Menurut Winarto, serangan tikus sebenarnya telah terjadi sejak dua pekan lalu. Namun, para petani baru menyadari skala kerusakannya tiga hari belakangan. "Awalnya kami kira biasa saja. Tapi makin hari, tanaman berubah warna, menguning, lalu roboh," ujarnya.