Banyak yang bertanya, siapa sosok ZNR, tokoh agama putra Salatiga yang terseret dalam pusaran kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) mantan Kepala Bea dan cukai Makassar, Andi Pramono.
- Berkali-kali Dirazia, Aksi Balap Liar di Jepara Tak Kunjung Jera
- Terbukti Lakukan Tindak Asusila, Hasyim Asyari Diberhentikan sebagai Ketua KPU RI
- Kasus Penganiayaan di Kaliboto, Tim Penyidik Polres Karanganyar Segera Tetapkan Tersangka
Baca Juga
Sebelumnya, RMOL Jateng memberitakan bahwa seorang tokoh agama asal Salatiga berinisial ZNR diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Polrestabes Semarang.
Tak pelak, kabar ini mengejutkan banyak kalangan, mengingat ketokohan ZNR memimpim sejumlah organisasi agama, pendidikan serta beberapa yayasan sosial dengan jumlah umat yang sangat besar dan dikenal sebagai tokoh terpandang di Kota Salatiga.
RMOL Jateng mendengar kabar jika dia diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Mapolrestabes Semarang, Kamis (7/9) lalu. Wartawan RMOL Jateng telah mengenal cukup lama sosoknya. Selain tokoh agama terpandang di Salatiga, dia juga menjadi pengurus sejumlah organisasi keagamaan.
Beberapa hari setelah diperiksa KPK, Wartawan RMOL Jateng pun berkesempatan melakukan wawancara secara eksklusif. Dia bahkan yang menghubungi langsung dan bersedia mengeluarkan semua keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana dia bisa terlibat dalam pusaran kasus TPPU Andi Pramono itu.
"Apa kabar Pak Yai (Kyai), sehat Pak Yai. Maaf Pak Yai, sosok Pak Yai sedang diburu banyak orang khususnya warga Salatiga. Karena saya tidak menyebutkan secara langsung nama Yai, sebelum ada restu njenengan (anda) sebagai bentuk penghormatan saya," sapa RMOL Jateng, saat membuka wawancara, Sabtu (9/9).
Suaranya yang berat dan sedikit tertahan, menyahut dengan ramah.
"Alhamdulillah, Mbak. Mau wawancara soal pemeriksaan saya di Polrestabes Semarang hari Kamis lalu ya. Boleh, boleh aja mau tanya apa, biar saya ceritakan secara detail ya," ungkapnya.
Dia pun berkisah tentang pemeriksaan itu. Dia mengaku, seminggu sebelum jadwal pemeriksaan, dia mendapatkan surat dari penyidik KPK yang akan melakukan pemeriksaan terhadap dirinya tentang aliran dana milik Andi Pramono di yayasan didirikan oleh Drs. Drs H.PO. Belakangan, diketahui Drs. PO tak lain adalah adalah Purwanto, yang adalah ayah kandung Andi Pramono.
Dalam surat itu, dia disebutkan sebagai saksi. "Saya cuma saksi. Ditanyai 11 pertanyaan oleh penyidik di Ruang Unit PPA Polrestabes Semarang," ujarnya.
Sekitar dua hari menjelang jadwal pemeriksaan, datanglah tiga orang pria diketahui utusan KPK RI menyambangi rumahnya.
Saat datang, dia mengaku tengah menerima tamu. Tanpa panjang lebar, tiga orang pria utusan KPK RI itu memberitahukan bahwa kedatangan mereka untuk memastikan apakah dirinya siap dimintai keterangan di Polrestabes Semar
"Saya jawab siap. Insyaallah," tuturnya.
Sebagai warga negara yang taat hukum, dia pun segera bergegas ke Semarang.
"Saya pergi bertiga, didampingi SGB, seorang staf di yayasan yang juga sebagai pemilik rekening yang dialirkan uangnya oleh Andi Pramono dan EY, ipar dari ayahnya Andi Pramono," terangnya.
Tiba di Polrestabes Semarang, dia pun menghadapi pemeriksaan secara maraton dan terpisah dengan dua orang saksi lainnya. Pemeriksaan mulai pukul 10.30 WIB hingga menjelang Azhan Dhuhur.
"Lepas istirahat sholat Dhuhur saya kembali ke ruangan penyidik dan menandatangani berkas pemeriksaan, kemudian langsung pulang. Sedangkan dua saksi lain, kalau tidak salah pulang malam hari," bebernya.
Kapan Yai terlibat kasus ini? Dia pun menuturkan saat dirinya ikut terlibat dalam yayasan yang dibentuk Purwanto.
"Saya itu gini, Saya diajak Pak Purwanto temen saya. Dia itu bapaknya Andi Pramono. Ada juga, IGN dan JM. Mereka ini adalah pendiri sekolah STM," pungkasnya.
Pada sekitar tahun 2012-2013, Purwanto menemui dirinya dan menyampaikan ingin mendirikan Perguruan Tinggi (PT). Namun saat itu terbentuk syarat, harus membuat yayasan terlebih dahulu.
Sebagai teman lama, dia pun diajak oleh Purwanto untuk mendirikan yayasan bernama Nusapersada.
"Dalam undangan ada juga saat itu nama Prof. Dr. Imam Sutomo, M.Ag Guru Besar di IAIN Salatiga juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Saya dan Pak Imam ditunjuk sebagai Pengawas di Yayasan Nusapersada," imbuhnya.
"Sedangkan posisi Ketua Yayasan Nusapersada dipegang langsung Purwanto, bapaknya Andi Pramono. Saya lihatnya (sosok Purwanto dan Andi Pramono) memang keluarga besar. Ada yang (bekerja) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dari mana sumber dananya ketika itu, saya tidak tahu sama sekali," ujarnya.
NR akhirnya bergabung dan menyerahkan KTP.
"Saya ikut ke notaris. Dan rapat-rapat juga tidak pernah. Jadi seremoni saja. Pokoke, saya bersangka baik saja ke Pak Purwanto saat itu," terangnya.
Dia melihat sosok Purwanto adalah seorang guru, yang santun dan sholeh.
Dia berkisah, proses pendaftaran Yayasan Nusapersada ke Direktorat Pendidikan Tinggi membutuhkan waktu hampir 4 tahun dan sempat gagal.
Pada suatu ketika, Akademi Teknik Manunggal di Semarang yang juga milik Purwanto bangkrut dan ditutup. Kemudian, dialihkan ke Yayasan Nusapersada di Tengaran.
‘’Saya tidak tahu apa-apa, tidak pernah juga mengikuti rapat-rapat dalam Yayasan Wacana Manunggal,’’ katanya, yang mengaku ditempatkan di yayasan itu sebagai Pengawas.
"Posisi Pengawas itu persetujuan saya, hanya saja di Yayasan Nusapersada. Bukan di Wacana Manunggal," paparnya.
Belakangan, dia baru tahu, jika ada dua yayasan dengan namanya tertera didalamnya, yakni Yayasan Nusapersada menaungi SMK dan Yayasan Wacana Manunggal menaungi Akademi Teknik Wacana Manunggal.
Dia menegaskan, dirinya belum sempat aktif sekali pun di kedua yayasan tersebut. Merintis Akademi pada tahun 2016 itu, dia diingatkan kembali ketika melakukan agenda jumpa pers dengan mengundang sejumlah wartawan.
"Setelah muncul ada pemberitaan itu, saya baru kaget, ternyata sumber dana dua yayasan ini berasal dari Andi Pramono, anaknya Purwanto, yang terlibat kasus TPPU. Saya terus terang, sedih dan kecewa sekali," ungkapnya, dengan nada getir. (bersambung).
- Pengemudi Taat Pajak Dihadiahi Paket Sembako oleh Kapolres Salatiga
- Polda Jawa Tengah Pastikan Situasi Di Seluruh Jawa Tengah Aman Dan Damai Jelang Pilkada Serentak 2024
- Polres Karanganyar Larang Kegiatan Sahur On The Road Selama Bulan Ramadan