Mencuatnya informasi ratusan mahasiswa UKSW asal Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan yang kelaparan di Salatiga langsung disikapi cepat Pj Wali Kota Sinoeng N Rachmadi.
- LKPP Dukung Keterlibatan Swasta Dalam Pembangunan IKN
- Kemenkumham Jateng Raih Kategori Terbaik Pertama Pemberitaan Positif Media Online
- Sido Muncul Kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur
Baca Juga
Kepada RMOLJateng, Sinoeng menegaskan, ia mengambil alih dalam segala hal perintah terkait mahasiswa 'menderita' kelaparan karena tidak memiliki uang selama menempuh pendidikan di Salatiga.
"Saya langsung komunikasi ke Rektor UKSW, saya sampaikan saya ambil alih sebagai Ketua Gugus Tugas saya perintahkan agar sore ini juga dikirim sembako untuk 10 hari kedepan," kata Sinoeng, Selasa (7/2) sore.
Selain sembako, Sinoeng juga telah berkomunikasi dengan pihak Rektorat UKSW agar dapat memberikan dispensasi keringanan waktu penundaan pembayaran uang kuliah.
Mengingat, kejadian menimpa setidaknya 188 mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan hingga nyaris tidak dapat membayar kuliah, serta diusir dari tempat tinggal (karena sebagian besar mahasiswa Papua ini berdomisili menyebar di Salatiga).
Bukan disengaja, melainkan kiriman uang dari pemerintahan daerah asal mahasiswa ini berasal terlambat datang.
Lebih jauh Sinoeng menekankan, pihaknya akan mengumpulkan para mahasiswa Papua di satu titik di UKSW sebagai langkah mempermudah komunikasi malam ini juga.
"Melalui satu koordinator mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan malam ini saya minta dikumpulkan di UKSW. Hal ini semata-mata mempermudah komunikasikan kita," akunya.
Sinoeng juga akan mengajak makan malam para mahasiswa ini sebagai sarana menjalin komunikasi dan silahturahmi.
"Saya, Bu Sekda, Bu Rektor akan ajak para mahasiswa ini makan malam. Kami harapkan dengan momen ini mereka tidak lagi perlu terbebani dan merasa memiliki keluarga di Salatiga ini sekaligus mencari jalan keluar agar mereka bisa berkomunikasi dengan Pemda asal mereka," tandasnya.
Bukan tanpa alasan Sinoeng melakukan semua langkah cepat tersebut. Ia kembali menegaskan, jika yang dipersoalkan saat ini adalah manusia.
"Ini yang kita hadapi makhluk Tuhan dan yang namanya anak bangsa tidak peduli ia bukan asal Salatiga. Inilah saat ini kita menunjukkan bahwa kita NKRI," imbuhnya.
Sebelumnya, dunia maya dikejutkan informasi hampir 200-an mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan terancam dikeluarkan pemilik kontrakan karena belum membayar uang pemondokan.
Ke- 200an mahasiswa Papua ini tengah kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah mengaku, sejak Januari belum membayar uang semester dan uang pembangunan.
Jumlah uang semester dan pembangunan per orangnya berkisar belasan hingga puluhan juta rupiah.
“Sejak Januari lalu kami mahasiswa yang berjumlah 200 orang tak bisa makan minum. Kami juga terancam dikeluarkan dari kos-kosan dalam satu bulan terakhir ini. Uang beasiswa kami belum dikirim Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang sejak Januari 2023 lalu,” ujar Agustinus Kakyarmabin dan Lusianus Uropmabin, perwakilan mahasiswa asal Pegunungan Bintang melalui keterangan tertulis kepada media.
Menurut Kakyarmabin dan Uropmabin, selama sebulan lebih sebagian besar mahasiswa hanya mengandalkan kiriman orang tua yang rata-rata petani namun kirimannya tidak menentu. Mereka juga belum membayar biaya pemondokan sehingga terancam dikeluarkan pemilik kos.
“Ada mahasiswa yang memberikan jaminan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) atau Kartu Tanda Penduduk di warung-warung sekadar mendapat makan minum pemilik warung," sebutnya.
- MPR : Segera Atasi Akar Masalah Rendahnya Kepatuhan Masyarakat Terhadap Prokes
- PKS Jateng Siagakan 1000 Relawan untuk Bantu Penanganan Bencana Gunung Semeru
- Jateng Bentuk Satgas Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem di 5 Daerah Prioritas