Ratusan pedagang kaki lima (PKL) yang tergabung dalam Serikat Pedagang Minggu Dini Manahan (SPMPM) menggelar aksi damai di depan Balaikota Solo menuntut agar keberadaan Sunday Market Manahan tidak ditutup.
- Posko Pasar Sehat, Relaksasi Di Saat PPKM Level 4
- DHC 45 Purbalingga Diminta Tidak Berpolitik Praktis
- Buruan Daftar, KPU Kota Pekalongan Buka Lowongan PPS Pilkada 2024
Baca Juga
Aksi damai ini sebagai bentuk penolakan atas keputusan Pemerintah Kota Solo menutup pasar yang buka setiap Hari Minggu pagi ini, mulai Minggu (9/9) mendatang. Mereka menuntut Pemkot Solo membatalkan penutupan Sunday Market Manahan.
Peserta aksi berjalan dari Bundaran Gladak menuju kantor Balaikota Solo dengan membawa spanduk yang beberapa diantaranya bertuliskan 'Tolak Penutupan Sunday Market Manahan'. 'Sunday Market Bukan Musuh Pemkot', 'Ribuan Nyawa Tlah Dikorbankan'.
Dalam orasinya, mereka meminta agar Sunday Market tidak ditutup dan mereka juga siap untuk ditata kembali. Sebab perekonomian ribuan PKL ada di Sunday Market.
Ketua Serikat Pedagang Minggu Dini Manahan (SPMPM), Joko Santoso atau yang lebih dikenal sebagai Yuli Desantos, menyampaikan keputusan yang diambil Pemkot Solo dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil. Intinya para PKL menuntut agar bisa tetap berjualan di Manahan.
"Kami perwakilan dari ribuan pedagang menolak jika Sunday Market Manahan ditutup. Kebijakan Pemkot menutup sangat merugikan pedagang yang sudah berjualan belasan tahun lamanya," jelasnya kepada wartawan, Jumat (7/9).
Ini wujud respon kami. Kami tolak penutupan. Tuntutan tetap sama, yaitu jualan di Manahan," terang dia.
Pihaknya juga menolak lokasi relokasi yang ditawarkan Pemkot Solo yakni di CFD Slamet Riyadi, Jalan Ir. Juanda dan Beteng Vasternberg. Menurutnya itu sangat tidak berpihak. Saat di Sunday Market Manahan, PKL bisa berjualan dari jam 05.00 -11.00 WIB, jika nanti direlokasi di tiga lokasi tersebut batas berjualan hanya sampai jam 09.00 WIB.
"Kendala kita jam operasional terbatas sampai jam 09.00 WIB. Padahal di Manahan sampai pukul 11.00 WIB," tegasnya.
Selain itu PKL juga enggan disebut sebagai salah satu sebab ekosistem Stadion Manahan Solo terganggu, apalagi rusak. Padahal setiap kali habis berjualan, PKL juga membantu membersihkan seputaran lokasi berjualan. Dan berlangsung sedari awal berjualan di area Manahan sampai saat ini.
"Jelas kami menolak dikatakan merusak ekosistem. Wong kami juga ikut bersih-bersih," tandasnya.
Bahkan dengan tegas Yuli sampaikan, keberadaan PKL Sunday Market Manahan justru menambah PAD kota Solo. Mulai dari parkir hingga sewa lahan untuk lapak pedangang yang jumlahnya ribuan.
"Bertahun-tahun kita juga sumbang PAD ke Pemkot Solo. Kini justru nasib kami yang tidak diperhatikan," pungkasnya.
- Pastikan Natal Aman, Sekda Sukoharjo Pimpin Pemantauan Pos PAM Dan Gereja
- DPRD Kota Semarang Tanggapi Banjirnya Ucapan Selamat untuk Plt Wali Kota
- Polres Karanganyar Salurkan Bantuan Pemerintah Untuk PKL dan Pemilik Warung