Terendam Hampir Sepekan, Petani di Grobogan Panen Paksa

Seorang petani terpaksa mengambil padi miliknya usai ladangnya terendam air hampir satu pekan, Kamis (21/3) siang. Rubadi/Dok.RMOLJateng
Seorang petani terpaksa mengambil padi miliknya usai ladangnya terendam air hampir satu pekan, Kamis (21/3) siang. Rubadi/Dok.RMOLJateng

Petani di Grobogan Jawa Tengah terpaksa memanen padi mereka yang sudah mulai menguning dan terancam membusuk.


Panen paksa ini terpaksa dilakukan lantaran lahan milik para petani tersebut, terendam air akibat banjir yang menerjang hampir sepekan lamanya.

Di areal persawahan Dusun Bendo Desa Getasrejo Kecamatan/Kabupaten Grobogan, misalnya. Banyak padi patah dan ambruk usai tersapu banjir. Bulir padi terlihat kehitaman mulai membusuk. 

Kondisi itu pun memaksa para petani memanen sawah padi mereka lebih awal, agar tetap mendapatkan hasil, sekalipun dijual rugi. 

Hidayah (35) warga Dusun Bendo Desa Getasrejo menceritakan hujan deras mengguyur Grobogan selama 3 hari, sebabkan sawah miliknya tergenang hingga sebatas leher orang dewasa.

 "Keluarga mengungsi ke tempat pengungsian. Sawah terendam dan ternak kesulitan pakan," ungkap Hidayah, Kamis  (21/3).

Dia menjelaskan, kepayahan petani kembali terjadi usai memanen. Karena para pembeli gabah enggan mengambil risiko di musim pancaroba ini. 

"Padi yang dipanen tidak laku dijual. Karena kondisi gabah yang mulai membusuk. Selain itu, cuaca tidak menentu dan sering mendung, menyebabkan para pembeli enggan bertransaksi," ujarnya, 

Hidayah sudah menawarkan gabah miliknya ke beberapa tengkulak namun tidak ada yang mau membeli. Ia terpaksa banting harga demi mengembalikan modal besar yang telah dia keluarkan. 

"Ada yang mau beli gabah saya tapi ditawar dengan harga yang sangat rendah Rp 2.500 per kilogram. Padahal, harga normalnya di kisaran Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram," keluhnya.

Terpisah, Ahmad Masduki warga Desa Kejawan Kecamatan Tegowanu Grobogan mengaku sawah seluas 105 hektar di Tegowanu juga terendam banjir dan membusuk, sehingga, para petani alami  kerugian sekitar Rp 3-5 miliar.

"Sudah enam hari masih terendam air, kalau tak segera dipanen, bisa jadi puso," katanya.

Ia berharap pemerintah memikirkan nasib para petani terdampak banjir. Ia juga meminta pemerintah agar menormalisasi aliran Kali B1 dan membuatkan tebing avur menuju sivon di Desa Karangpasar.