Keberadaan Keraton Pajang mungkin sudah mulai dilupakan masyarakat, sebab keberadaan fisik sudah tidak dikenali lagi.
- Sejak Dibuka, Wisma Atlet Sarengat Batang Masih Sepi Pasien Covid-19
- Tangis Haru Warga Jepara, Saat Rumahnya Selesai Direhab Polres Setempat
- Sukses Dalam Pengelolaan Enam BUMDes di Karanganyar Raih Penghargaan
Baca Juga
Hanya tersisa beberapa peninggalan yang dipercaya merupakan salah satu peninggalan dari Keraton Pajang.
Sejarah mencatat Keraton Pajang merupakan cikal bakal Dinasti Mataram. Berawal dari sebuah kerajaan kecil yang konon sudah ada sejak abad ke-14 di bawah kekuasaan Majapahit. Memiliki letak di pinggiran Sungai Bengawan Solo.
Saat ini hanya ditemukan petilasan Keraton Kasultanan Pajang yang terletak di Desa Sanggrahan, Kelurahan Makam Haji, Sukoharjo.
Pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi sekelompok orang dari berbagai daerah. Kedatangan mereka yang kerap pada malam hari itu untuk 'tirakat' dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketua Paguyuban Kasultanan Pajang, KRAT Mujono Hadinagoro yang sekaligus juru kunci petilasan Kraton Pajang sampaikan khususnya bulan Suro dalam penganggaran Jawa.
Di petilasan ini juga menggelar ritual ganti songsong (payung) yang digunakan sebagai penutup Yoni, yang dipercaya sebagai salah satu peninggalan Pajang dan 'mapag Suro' (menyambut Suro).
Pihaknya berupaya 'nguri-uri' budaya peninggalan bekas Keraton Sultan Hadiwijaya atau yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir yang dianggap 'sumbernya kraton' yang ada di Jawa.
"Kasultanan Pajang adalah punjernya (sumber awal) dari perkembangan Kraton yang ada di Jawa," jelasnya Sabtu (31/8).
Meski di lokasi ini hanya sebagai petilasan, pihaknya bersama pemerhati budaya lain tetap berupaya untuk melestarikan budaya peninggalan kerajaan yang bernilai luhur.
Dalam menyambut pergantian tahun Muharam ini, juga dilakukan acara penggantian songsong atau payung. Nantinya sebelum diganti, payung akan dikirab sejauh kurang lebih 3 kilometer yang diiringi sekitar 500 orang dari berbagai lapisan masyarakat.
"Setelah dikirab, songsong baru akan dipasang dan yang lama akan disimpan," lanjutnya.
Sementara itu Sekretaris Paguyuban Kasultanan Pajang sekaligus panitia acara kirab Slamet Riyadi sampaikan, selain songsong atau payung beberapa pusaka berupa tombak juga akan dikirab mengelilingi beberapa wilayah di Pajang.
"Nanti diikuti sekitar 500 peserta, ada juga pertunjukan kesenian reog akan memeriahkan acara ini," imbuhnya.
Tiada tanggal Jumat Pon (20/9), Pajang juga mengadakan Wayangan dengan judul Semar Mantu dan Ruwatan Masal yang menjadi agenda tahunan.
"Setiap tahun sekali di bulan Suro, atau pertengahan Suro," lanjutnya.
Ditambahkan Slamet Riyadi, agenda serupa sudah digelar lebih dari 20 tahun lamanya. Dan salah satu tujuan ruwatan, menurut Slamet Riyadi untuk mendoakan agar negara dalam kondisi aman, tentram dan sejahtera.
"Karena dengan budaya ini kita bisa menyatukan semua unsur dan juga perbedaan kultur," pungkasnya.
- PLN Purwodadi Minta Masyarakat Tak Main Layang-layang di Dekat Jaringan Listrik
- Polsek Comal Kawal Penyaluran 81 BPNT di Desa Tumbal Pemalang
- Khutbah Salat Idul Adha 1444 di Salatiga Singgung Teladan Berkurban