Uji Klinis fase III vaksin Covid-19 yang dilakukan dibanyak negara termasuk Indonesia diprediksi berlangsung lama oleh Gurubesar Mikrobiologi Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono, PhD.
- DKK Semarang: Waspadai Vaksinasi Berbayar
- DPRD Kota Semarang Dorong Pemkot Siapkan Antisipasi Heptitis Misterius
- Didealine Menko PMK, Pj Gubernur Jateng Sorot Tiga Daerah
Baca Juga
Uji Klinis fase III vaksin Covid-19 yang dilakukan dibanyak negara termasuk Indonesia diprediksi berlangsung lama oleh Gurubesar Mikrobiologi Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono, PhD.
Pratiwi menjelaskan, terdapat beberapa jenis vaksin yang dikembangkan berbagai perusahaan pengadaan vaksin di dunia. Misalnya seperti vaksin yang bisa melemahkan virus, vaksin yang mematikan virus, serta vaksin dari hasil genetik.
"Kita lihat bahwa semuanya belum ada yang menyelesaikan fase III. Jadi fase III ini memang sabar, sabar sekali. Harus ditunggu sampai hasilnya keluar, sampai hasilnya selesai," ujar Pratiwi dalam diskusi Polemik Trijaya FM, Sabtu (17/10), dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Lebih lanjut, Pratiwi membeberkan proses uji klinis fase III vaksin corona yang masih cukup panjang. Kaarena dari segi keamanan, vaksin yang akan disuuntikkan ke masyarakat nanti harus memiliki kegunaan untuk menciptakan kekebalan tubuh.
"Untuk melihat berapa persen efisiensinya (dari) berapa persen. Apakah bisa melindungi 100 persen atau tidak. Kalau bisa melindungi sampai 80 persen, kita tenang lah," ungkap Pratiwi. "Tapi kalau misalnya hanya 50 persen saja kita bisa pakai khususunya pada waktu pandemi. Tapi kalo misalnya 30 persen wah sangat riskan untuk dipakai sebetulnya," sambungnya.
Selain itu, pertimbangan lain yang akan membuat uji klinis fase III akan lebih lama adalah terkait dengan klasifikasi dan kategorisasi orang-orang yang harus divaksinasi.
"Apakah orang yang pernah sakit, bisa juga divaksinasi toh sudah ada anti body. Anti bodynya bertahan lama. apakah akan aman-aman saja. Karena bisa saja barangkali terjadi reaksi yang tidak diinginkan dan seterusnya," katanya.
- Dinkes Demak Gandeng Relawan dalam Tim Penanggulangan Zoonosis
- Posyandu di Perum Tamut Tingkir Salatiga Kini Terintegrasi
- Kunci Sukses Kota Semarang Atasi Stunting Hingga Raih Penghargaan dari PBB