Wagub Jateng Minta Pesantren Terbuka Soal Covid-19

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen meminta masyarakat jangan memberi stigma negatif pada penderita Covid-19.


Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen meminta masyarakat jangan memberi stigma negatif pada penderita Covid-19.

Dia menilai, stigma negatif yang melekat di masyarakat tentang seseorang yang terinfeksi Covid-19, membuat penderita enggan berterus terang.

Menurutnya, hal tersebut terjadi pula di pondok pesantren. Ketika pondok pesantren terbuka ada warganya yang sakit, mereka khawatir pondoknya mendapat stempel negatif.

Saya berharap kalau ada yang sakit jangan ditutup. Terbuka saja, sehingga kita bisa memilah siapa yang sakit harus dikarantina,†kata Gus Yasin, sapaan akrabnya, Sabtu (7/11).

Gus Yasin menambahkan, masa karantina 15 hari itu tidak lama. Asalkan, lanjutnya, santri menaati ketentuan protokol kesehatan.

Selama itu pula akan dilakukan evaluasi oleh tim kesehatan daerah setempat. Sehingga, warga pondok yang sakit tidak perlu dipulangkan ke daerah asal.

Pondok diliburkan sementara, yang sakit nggak usah dipulangkan, dievaluasi selama 15 hari, kalau sudah tidak ada penularan lagi, mangga aktivitas lagi, tapi ya jaga protokol kesehatan,†ujarnya

Khusus pondok, tegas Gus Yasin, selain menjaga jarak, warga pondok juga harus memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun. Selain itu juga harus memperketat keluar masuk warga sekitar ke pondok.

Tujuannya bukan untuk melarang, tapi menjaga para santri utamanya para kiai, agar tidak tertular Covid-19. Selama delapan bulan pandemi melanda Indonesia, sudah sekitar 100 kiai meninggal karena terinfeksi Covid-19," tutupnya.