Pengembang perumahan mengakui banyak calon pembeli membatalkan transaksi selama pandemi covid-19.
- Desa Pranan Polokarto Bangun Pasar Swadaya, 50 Persen Kios Langsung Laku
- Digitalisasi Pembayaran Jadi Strategi BI Dorong Pariwisata
- Flight Club, Mini Lounge Hadir di Bandara Internasional Ahmad Yani
Baca Juga
Hal tersebut disampaikan Pantjaraning Tyas Putranto, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Minggu (12/4).
"Saat ini, pengembang perumahan baru pada pusing karena banyak calon konsumen non ASN yang membatalkan karena terdampak covid. Banyak rumah yang sudah terlanjur dibangun dibatalkan akrena kemampuan daya beli masyarakat menurun," papar Tyas.
Bahkan, lanjut dia, tidak sedikit calon konsumen tertimpa musibah karena di-PHK dari tempatnya bekerja. Sehingga tidak lagi mempunyai sumber penghasilan tetap lainnya.
Hal ini pun turut mempengaruhi pengembang karena anyak rumah terlanjur dibangun.
"Harapannya segera mendapat dana recovery saat akad, karena akad ditunda sehingga pengembang atau developer tidak menerima biaya untuk recovery. Jadi pergerakan rollover usahanya menjadi terganggu. Ini banyak yang mengalami masalah seperti itu," jelasnya.
Dari Apersi, lanjutnya, akhirnya banting harga agar usahanya tetap jalan. "Saat ini di tahun 2020 pemerintah mencanangkan harga dasar rumah bersubsidi di Jawa Tengah ini Rp150. 500.000, kami mengambil inisiatif memberikan insentif kepada calon konsumen dengan mensubsidi dari profit kami," ungkap Tyas.
Subsidi yang diberikan pengembang bisa jadi berupa diskon uang muka, bisa juga penurunan harga. "Jadi tidak kita jual di angka Rp150 juta. Kita beri diskon yang cukup besar sehingga menarik minat konsumen," katanya.
- Capai 2.775 Ha, Luas Areal Tanaman Tembakau di Blora berkembang Pesat
- Kolaborasi BPI - Pemprov Jateng, Manfaatkan Limbah PLTU Batang untuk Rumah Layak Huni
- Wabup Purbalingga: Bansos Tak Boleh Salah Alamat