Cerita Pecatur Purbalingga Yang Jadi Wasit Asian Paragames

Perhelatan Asian Paragames 2018 memang sudah berakhir. Namun, ada cerita tersendiri yang diungkapkan pecatur asal Purbalingga ini.


Adalah Sabrina Fatrianti Purseta (20), yang dipercaya menjadi wasit cabang catur Asian Paragames ini.

Dari momen itu, dia menangkap pesan, para atlet tidak pernah menyerah berjuang untuk berprestasi meski di tengah kekurangan.

"Luar biasa karena mereka bisa hafal gerakan dari awal. Ada kesalahan bisa tahu. Padahal mereka tunanetra," kata mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.

Sebelumnya, tahun lalu dia mendapat medali emas pada Pekan Olah Raga Mahasiswa Provinsi (Pomprov) Jateng di kelas catur cepat diundang oleh official Asian Paragames 2018 untuk menjadi wasit cabor catur. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia lalu berangkat ke Jakarta untuk kursus pelatihan wasit selama sepuluh hari.

"Semuanya pakai bahasa Inggris. Kemudian harus menerjemahkan dari braille ke digital. Mencatat notasi dan waktu. Selain itu juga berlatih bersama para atlet tunanetra itu," kata putri kelahiran Purbalingga, 7 Februari 1998 dari pasangan Endar Purseto dan Uun Haruliyanti ini.

Selain melihat banyak pelajaran yang bisa dipetik dari menjadi wasit, hal yang membuatnya terharu adalah ketika Timnas catur Indonesia menjadi juara umum dalam event itu. Sebab, banyak atlet paragames cabor catur yang berprestasi, adalah teman sparing Sabrina.

Sabrina mulai mengenal catur dari ayahnya sejak kelas III SD. Waktu itu dia mendaftar lomba catur tingkat sekolah. Karena tidak tahu bagaimana bermain bidak di atas papan kotak putih hitam, dia meminta diajari ayah di rumahnya di Jl Cempaka Raya Nomor 73 Perum Penambongan, Kelurahan Penambongan, Kecamatan Purbalingga. Eh pertama ikut lomba ternyata menang dan lolos hingga provinsi," ujarnya.

Sejak saat itu, dia tekun mengasah permainannya. Di ajang Porprov 2018 Solo beberapa waktu lalu, Sabrina menyumbangkan medali perak untuk kontingen Purbalingga di kategori catur cepat.