Karanganyar - Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) punya potensi besar untuk mengubah ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk negara yang cepat mengadopsi AI.
- Saka Tirta Dharma PDAM Giatkan Pramuka Kwarran Batang
- Wabub Purbalingga: Disabilitas Bukan Halangan Untuk Meraih Prestasi
- Seleksi UTBK-SNBT 2025, Undip Sediakan Fasilitas Ujian Khusus Penyandang Disabilitas
Baca Juga
Forum Wartawan Teknologi (FORWAT) mengadakan diskusi tentang bagaimana AI bisa memperkuat ekonomi Indonesia dengan menghadirkan lara ahli dari berbagai bidang seperti Adrian Lesmono (NVIDIA) Sri Safitri (KORIKA), Nailul Huda (CELIOS), Insaf Albert Tarigan (Kantor Komunikasi Kepresidenan).
Ada beberapa hal penting dalam forum diskusi tersebut. Salah satunya kedaulatan AI penting bagi Indonesia. Artinya, Indonesia harus punya kendali penuh atas teknologi AI. Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang AI.
Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas tentang penggunaan AI. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta, dan juga pihak pendidikan, untuk memajukan perkembangan AI di Indonesia.
Perusahaan seperti Indosat, GoTo, dan Kata.ai sudah menggunakan AI. Pemerintah juga mulai memakai AI untuk layanan publik.
Diskusi ini diharapkan bisa mendorong pemahaman tentang pentingnya AI bagi ekonomi Indonesia. Kerja sama dari semua pihak dibutuhkan agar Indonesia bisa memanfaatkan potensi AI secara maksimal.
Adrian Lesmono dari NVIDIA menekankan bahwa kedaulatan AI, yang berarti kontrol penuh atas data dan kemandirian teknologi, adalah fondasi penting bagi kedaulatan digital Indonesia.
"Untuk mewujudkan hal ini, penerapan AI harus selaras dengan prioritas pembangunan nasional," ujarnya dalam rilis tertulisnya, Selasa (11/03).
Sekjen Partnership KORIKA, Sri Safitri sebut kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) dibentuk untuk menjembatani kesenjangan antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas dalam pengembangan AI.
"Namun, ada tantangan besar seperti keterbatasan SDM, dimana jumlah ahli AI masih sangat sedikit, dan program studi AI baru dimulai," ungkapnya.
Disamping itu juga adanya keterbatasan infrastruktur menghambat pengembangan, kurangnya investasi dalam riset dan pengembangan. Juga tantangan dalam pengelolaan data dan kebijakan dan keterbatasan akses terhadap teknologi canggih.
Sementara Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, menyoroti adopsi AI yang pesat di sektor finansial dan ekonomi digital. Ia percaya bahwa dengan dukungan strategi pemerintah, kolaborasi industri, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, AI dapat mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Insaf Albert Tarigan, menekankan perlunya penyempurnaan strategi pemanfaatan AI nasional.
Strategi ini harus menjadi panduan bagi pemerintah dan swasta dalam mengadopsi, mengembangkan, dan mengimplementasikan AI.
"Kebijakan yang tepat akan memaksimalkan kerja sama global, termasuk transfer teknologi, investasi, dan penelitian bersama, untuk memperkuat kedaulatan teknologi Indonesia," imbuhnya.
Dengan terselenggaranya diskusi panel ini, menjadi momentum positif untuk mendorong pemahaman strategis tentang peran AI dalam pertumbuhan ekonomi, merumuskan rekomendasi kebijakan berbasis bukti, serta mempererat jejaring kolaboratif demi membangun ekosistem AI nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
- Kader DPC Kendal Arif Suharsoyo Meraih Suara Terbanyak Pimpin PBB Jawa Tengah
- Perduli Pemimpin Masa Depan Indonesia, Pangdam IV/Diponegoro Serahkan 1.000 Sepatu Untuk Siswa Sukoharjo
- Pemkab Sukoharjo Percepat Pembentukan 167 Koperasi Desa Merah Putih