Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Prof Dr Miyasto SU, Rabu (24/3), pukul 14.22 WIB meninggal dunia di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Sosok yang dikenal santun dan rendah hati itu meninggal dalam usia 70 tahun.
- Unnes Tuan Rumah Gemastik XVII, Pesertanya Diikuti 64 Perguruan Tinggi di Tanah Air
- Prof Tutik : Tiga Ranah Besar Perkembangan Inovasi Teknologi di Ilmu Keperawatan
- Guru Non Formasi Tagih Janji Pemprov Jateng
Baca Juga
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Prof Dr Miyasto SU, Rabu (24/3), pukul 14.22 WIB meninggal dunia di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Sosok yang dikenal santun dan rendah hati itu meninggal dalam usia 70 tahun.
Jenazah almarhum Prof Miyasto dimakamkan di Makam Keluarga Besar Universitas Diponegoro, di Kompleks Kampus UNDIP Tembalang, Kota Semarang, Rabu (24/3) pukul 21.00 WIB, dengan protokol kesehatan.
Rektor Undip, Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum, turut mengantar almarhum ke peristirahatan terakhir.Saat memberikan sambutan, Prof Yos menyatakan turut bela sungkawa kepada keluarga.
Tak terasa tiga minggu yang lalu beliau ketemu saya di ruang rektor, beliau pamit, saya kira pamit apa, mungkin itu sebagai isyarat beliau akan meningalkan kita semua,’’ ungkap Prof Yos Johan.
Dia menilai Prof Miyasto yang yang lahir di Salatiga, 25 Desember 1950 adalah pribadi yang baik, santun dalam berucap, serta santun dalam berperilaku, berkata dan berpikir.
‘’Beliau juga imam masjid di lingkungan rumahnya, yang memimpin shalat di sana, Insya Allah amalnya, dan ilmu yang diberikan akan mengantarkan beliau mendapatkan amal jariyah ke surga,’’ ujarnya.
Prof Yos mengatakan, dalam setiap kematian adalah nasihat bagi kita. ‘’Umur kita tak tahu. Almarhum adalah contoh tauladan karena selalu berbuat yang terbaik dalam ibadah, baik itu ibadah sosial dan lainnya, beliau memberi contoh tauladan tanpa cacat dari awal jadi dosen dan membawa nama baik dan menjunjung UNDIP," tambahnya.
Diiringi gerimis, jenazah tiba di pemakaman pukul 20.51 WIB dengan mobil ambulans dan petugas khusus berpakaian alat pelindung diri (APD) lengkap, yang mengantarkan jenazah ke pemakaman.
Prosesi pemakaman berjalan lancar dan cepat dengan protokol kesehatan, tidak lebih dari 10 menit selesai dan dilanjutkan dengan doa. Proses penyalatan jenazah sendiri sudah dilakukan sore harinya.
Almarhum meninggalkan istri, Dra Endang Tri Widyarti MM dan dua orang anak, yakni Asti Karlina Dewi dan Adhi Widyakto.
Semasa hidup, almarhum pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi (FE) UNDIP Tahun 1993, Pembantu Rektor I UNDIP Tahun 1998, Kepala BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000, Tenaga Ahli LEMHANAS RI Tahun 2008 dan juga terakhir, adalah sebagai Ketua Pembina Yayasan Alumni UNDIP di Universitas Semarang (USM).
Sebagai pengajar dia dikenang oleh para mahasiswanya sebagai dosen yang sangat suka membantu. Mahasiswa FE UNDIP angkatan 80an dan 90an banyak yang punya pengalaman ditolong dapat membayar SPP dan diarahkan untuk membantu menjadi asisten peneliti sehingga honornya dapat digunakan untuk membayar uang kuliah.
Almarhum juga dikenal sangat disiplin, ketika membantu pemerintah sebagai Kepala Taji Ekonomi Lemhanas dan setiap hari Senin harus berangkat ke Jakarta dan kembali ke Semarang beberapa hari kemudian untuk mengajar, selalu berusaha menyempatkan datang ke kampus langsung dari bandara untuk mengambil draft skripsi, tesis maupun disertasi untuk dikoreksi sehingga pada hari Sabtu mahasiswa mendapat masukan melalui diskusi satu per satu.
Perhatian dan dukungannya pada mahasiswa memang luar biasa, salah satu mahasiswanya pernah harus mengikuti ujian tanpa kehadiran Almarhum sebagai promotor utama dan saat selesai ujian mahasiswa langsung menemui Prof Miyasto yang sedang dirawat di rumah sakit.
Ibu Endang, istri Prof Miyasto, bercerita bagaimana beliau tetap ngotot ingin datang ke sidang sebagai promotor, tapi dokter melarangnya karena harus menjalani rawat inap.
Pada 2 Januari 2021 lalu, almarhum telah purna tugas. Untuk memberi penghormatan kepada Prof Miyasto kala itu, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VI (Jateng), Prof Dr Ir Muhammad Zainuri DEA memberi puisi bertajuk Persembahan Maha Guru Sang Panuntun. Puisi yang dipersembahkan Prof Zaenuri itu menjadi rangkaian pusi untuk menandai purna tugas Prof Miyasto sebagai guru besar di Undip. [sth]
- Jawab Tantangan di Sektor Pendidikan Butuh Kemampuan Inovasi dan Kolaborasi
- Prakiraan Peneliti UKSW: Hingga Tahun 2026 Ada Peningkatan Signifikan Indeks Literasi Masyarakat
- 20 SMA/SMK Ikuti Loptasiku 7 dalam Dinusfest 2023