Hati-Hati Hari Buruh Ditunggangi Mafia Politik

Sangat mungkin para petualang politik dari partai oposisi menggunakan unjuk rasa menyikapi Hari Buruh sebagai kampanye hitam atau black campaign bahkan menjatuhkan pemerintah dengan gerakan-gerakan yang berujung chaos.


Demikian disampaikan Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia Andy William Sinaga melalui pesan elektronik kepada redaksi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (30/4).

Untuk itu Andy mewanti-wanti aparat keamangan memperketat pengamanan peringatan Hari Buruh, terutama di kawasan-kawasan strategis di ibukota seperti Jalan Sudirman, Rasuna Said, atau Medan Merdeka seputaran Istana Negara dan Monas.

Andy mencium kepentingan  politik dalam peringatan Hari Buruh sangat kental. Salah satu organisasi buruh yang akan turun ke jalan besok nyata-nyata akan mendeklrasikan dukungan politik kepada salah satu tokoh nasional yang akan mencalonkan diri sebagai presiden di Pilpres 2019.

"Hakekat perayaan Hari Buruh saat ini telah digiring untuk cawe- cawe pencalonan capres. Ini sangat jauh dari hakekat peringatan merayakan Hari Buruh Internasional yang telah dicanangkan oleh Presiden SBY sebagai hari libur nasional," kata Andy menyesalkan.

Labor Institute Indonesia menyarankan agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi perayaan Hari Buruh dengan menyediakan tempat khusus, berupa penyediaan tempat untuk bakti social seperti donor darah, sunatan massal, panggung demokrasi dan pagelaran musik yang dapat memberikan arti positif terhadap peringatan Hari Buruh. Dalam panggung demokrasi tersebut diharapkan kehadiran para pejabat negara atau pejabat daerah untuk mendengarkan aspirasi para buruh.

Selain itu, pihaknya menyarankan pemerintah melaksanakan dengan profesional kesepakatan Decent Work Country Program (DWCP) atau Program Negara dalam Mencapai Kerja Layak bersama dengan organisasi buruh Internasional (ILO) dengan 4 pilarnya yaitu penciptaan lapangan kerja, jaminan sosial, hak- hak dasar di tempat kerja, dan sosial dialog.