Hoaks Pilpres AS Menyebar Di Florida

Pemilihan Presiden Amerika Serikat diwarnai hoaks di sosial media.


Pemilihan Presiden Amerika Serikat diwarnai hoaks di sosial media.

Bahkan, hingga Florida marak bertebaran hoaks dalam berbahasa Spanyol dikutip dari Kantod Berita RMOL.

Laporan terbaru NBC News pada Rabu (11/11) menemukan bahwa ada peningkatan jumlah disinformasi atau kabar hoax berbahasa Spanyol di platform media sosial.

Sementara itu, mengutip Miami Herald, di aplikasi perpesanan pribadi dan media sosial, penduduk berbahasa Spanyol di Florida Selatan telah dihadapkan pada rentetan klaim yang menipu, hoaks serta taktik disinformasi pemilih yang dapat berlangsung hingga hari pemilihan.

Contoh terbaru adalah pesan anonim yang muncul di obrolan WhatsApp minggu ini yang mengancam pendukung Presiden Donald Trump yang berbahasa Spanyol. Klaim tersebut telah mengguncang beberapa orang Hispanik di Florida Selatan bahkan ketika para ahli memperingatkan tentang kebohongan klaim tersebut.

Ancaman tersebut sangat mirip dengan narasi palsu, seringkali rasis dan anti-Semit, yang dijajakan di media lokal berbahasa Spanyol di mana beberapa pembawa acara dan pakar politik menilai bahwa mereka yang memilih Joe Biden akan berarti mendukung pengambilalihan negara dengan kekerasan.

Contoh disinformasi lainnya yang menyebar dalam bahasa Spanyol di Florida adalah pesan intimidasi baru-baru ini yang menunjukkan bahwa pendukung Trump akan menjadi sasaran kejahatan oleh kelompok anonim jika Trump kalah.

Di Florida Selatan, beberapa pendukung Trump Hispanik menanggapi ancaman tersebut dengan serius, mengutip pengalaman kekerasan traumatis yang mereka alami di negara asal mereka.

Lantas pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa pemilih di Amerika Serikat yang berbahsa Spanyol menjadi target dari kabar hoax?

Seorang profesor ilmu politik di Universitas Florida, Dan Smith mengatakan, secara historis, pemilih Hispanik di Florida secara tidak proporsional lebih mungkin mendaftar untuk memilih tanpa afiliasi partai, dibandingkan dengan pemilih kulit putih dan kulit hitam.

Hingga Jumat pagi, 1,6 juta pemilih tanpa partai telah memberikan suara, meskipun tidak sepenuhnya jelas bagaimana kecenderungan mereka.

"Menghalangi orang untuk memilih dalam beberapa hal merupakan strategi yang lebih efektif jika Anda tidak yakin bagaimana mereka akan memberikan suara, dan ini terutama terjadi pada kaum Hispanik yang terdaftar sebagai afiliasi tanpa partai," kata Smith.

Kampanye disinformasi dapat mencapai itu," sambungnya.