Dikhawatirkan kelompok ISIS sedang merencanakan serangan teror ke Indonesia. Karena itu, Polri, TNI dan BIN harus segera memberi respons terukur terhadap informasi mengenai ancaman sel-sel ISIS yang berniat menyerang pemerintah Indonesia.
- Sering Rekam Teman Kerja di Kamar Mandi, Pria di Semarang Jadi Tersangka
- Terbitkan Sertifikat Vaksin Palsu, Mantan Relawan Akhirnya Menginap di Balik Jeruji
- Dua Pencuri Panel Nekad Beraksi Bermodal Obeng dan Kunci Box
Baca Juga
Demikian disampaikan Ketua DPR Bambang Soesatyo. Menurut Bambang, respons terukur terhadap informasi ancaman ISIS itu perlu untuk memininalisir sekaligus mereduksi potensi ancaman.
"Sehingga tidak menimbulkan rasa cemas atau kegaduhan di ruang publik. Kondusivitas di dalam negeri harus tetap terjaga, terutama karena Asian Games 2018 masih menyisakan banyak pertandingan pada berbagai cabang olahraga," ujar Bamsoet, sapaan akrabnya, Senin (27/8).
Politikus Golkar itu memiliki alasan kuat untuk menyampaikan peringatan itu. Dasarnya adalah rangkaian informasi sepanjang pekan ketiga bulan ini.
Pertama adalah kasus penembakan dua anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Polda Jabar, Aiptu Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana, oleh tiga orang tak dikenal di Kilometer 223 hingga 400 jalur jalan Tol Kanci hingga Pejagan di Kabupaten Cirebon, Jumat malam (24/8).
Memang, motif penembakan itu belum diketahui. Namun, kasus penembakan itu hanya selang beberapa hari setelah beredarnya video ancaman ISIS di jagat maya.
Kedua, pada Selasa (21/8), sebuah video berisi ancaman dari Divisi Peretasan ISIS kepada pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo, beredar di dunia maya.
Mereka menyoroti perlakuan pemerintah Indonesia kepada rekan-rekan mereka. Mulai dari pemenjaraan hingga pemblokiran akun sosial media.
Ketiga, Kamis (23/8), pemerintah Australia memperbarui travel advice untuk warganya yang hendak bepergian ke Indonesia. Alasannya, akan ada serangan teroris di Indonesia. Karena travel advice itu pula, staf konsulat jenderal Australia di Surabaya tidak menghadiri acaranya di Universitas Airlangga.
Setelah itu, dari Washington, AS, dilaporkan pada Jumat (24/8), bahwa otoritas intelijen setempat menetapkan tiga orang dari Asia Tenggara sebagai teroris. Mereka diduga merekrut orang lain bergabung dengan ISIS. Satu dari tiga orang itu berkewarganegaraan Indonesia, berinisial MKYF.
"Profil tiga orang ini terlihat dalam video ISIS pada Juni 2016, saat algojo ISIS memenggal tiga sandera," imbuh Bamsoet.
Memang, belum ada kepastian akan kaitan fakta-fakta itu. Tetapi, kata Bamsoet, Polri, TNI dan BIN patut menggarisbawahi dan memberi respons terukur. [ian]
- Terkait Perebutan Gunting Di RS Ambarawa, Polsek Siapkan Rekonstruksi
- KPK Periksa Pengusaha Di Kasus Blitar Dan Tulungagung
- Edarkan Bahan Mercon, Pemuda Pabelan Diamankan Resmob Polres Semarang