Letusan Semeru Picu Aktifitas Gunung Api Lainnya

Kepala Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Chatarina Muryani mengatakan, letusan satu gunung api dapat memicu peningkatan aktivitas gunung api di sekitarnya.


Hal tersebut adalah kondisi yang wajar. 

"Biasanya memang kalau ada aktivitas gunung api, nanti yang berdekatan atau yang satu jalur juga ada peningkatan aktivitas,” jelasnya dalam rilis tertulis yang diterima RMOLJateng, Senin (13/12). 

Penjelasan dari Chatarina, hal tersebut berkait erat dengan posisi Indonesia yang berada di pertemuan lempeng tektonik aktif. Tumbukan antar lempeng tektonik dapat menimbulkan aktivitas vulkanisme. 

"Kondisi seperti itulah yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung api dan sering dijuluki Ring of Fire," terangnya.  

Dia menerangkan, gunung-gunung api yang terletak dalam satu lempeng sangat memungkinkan saling mempengaruhi. Ketika satu gunung api mengalami aktivitas, gunung api yang berdekatan atau masih satu jalur mengalami peningkatan aktivitas. 

"Inilah yang perlu diwaspadai masyarakat, terlebih lagi letusan Semeru kemarin tidak didahului tanda-tanda tertentu," lanjutnya. 

Ditambahkan Chatarina, banyak teori mengapa Semeru tiba-tiba meletus tanpa ada tanda-tanda. Hal tersebut bisa juga di picu oleh curah hujan yang tinggi sehingga kawah runtuh dan menyebabkan letusan. 

"Namun, letusan Semeru kemarin sebenarnya kategori kecil karena volume yang dimuntahkan kecil. Tapi, ini tetap harus diwaspadai oleh semua daerah yang memiliki gunung api,” terang Chatarina.

Chatarina yang juga guru besar Program Studi Pendidikan Geografi UNS tersebut mengimbau agar kabupaten-kabupaten yang dekat dengan gunung api harus memiliki kontinjensi. 

Setiap kabupaten yang memiliki gunung api harus memiliki kesiapsiagaan darurat agar jika sewaktu-waktu terjadi letusan dapat segera mengevakuasi warga. 

Di samping itu pemerintah setempat harus terus mensosialisasikan alur tanggap bencana jika terjadi letusan. Terkait prosedur yang harus dilakukan saat terjadi letusan, siapkan wilayah sebagai posko evakuasi, dan sebagainya. Termasuk memfungsikan Early Warning System (EWS) bencana.

PSB UNS akan melakukan kajian letusan Gunung Semeru dengan melihat citra satelit. Tim PSB juga akan mengkaji daerah mana saja yang tertutup lahar dan relevansi kawasan rawan bencana setelah terjadi letusan kemarin. Hasil analisis tersebut akan disampaikan kepada pemerintah sebagai masukan.

"Kami akan melakukan kajian berdasarkan citra letusan kemarin. Kami juga akan melihat peta kawasan rawan bencana dan dampak erupsi kemarin. Jika kawasan rawan bencana perlu direvisi, kami akan memberikan masukan kepada pemerintah," pungkasnya.