Menko Darmin Sayangkan Sikap Trump Terhadap Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak menunjukkan sikap akan mengalah dalam perdebatan diplomatik dengan pemerintah Amerika Serikat. Alhasil, nilai tukar mata uang lira semakin melemah sejak Senin pagi (13/8).


Nilai tukar lira diketahui anjlok hingga 7,23 per dolar AS. Sepanjang tahun ini, lira merosot lebih dari 40 persen.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, melemahnya nilai tukar lira dipastikan berdampak pada Indonesia, khususnya juga negara-negara lain.

"Orang bilang imbasnya besar, macam-macam. Sebenarnya bisa tidak kena imbas, kalau orang mikir pasti tidak ada imbasnya. Kenapa, ini kan sebenarnya Turki ini biasalah soal Trump (Presiden AS Donald Trump)," jelasnya di Hotel Borobudur, Jakarta.

Diketahui, hubungan Turki dengan Amerika semakin memanas usai ditolaknya pembebasan Pastur Andrew Brunson yang tersangkut kasus terorisme di Turki.

"Dia (pastur) ditahan, tahu-tahu Trump bilang lepas tuh orang, kalau tidak saya akan kenakan bea masuk aluminium dan baja. Negara namanya ditekan ya tidak mau dia, dua hari lalu dinaikkan bea masuk dari baja dan aluminium dari Turki ke AS," tutur Darmin.

Lanjutnya, hal tersebut tidak hanya menjadi sentimen negatif terhadap rupiah, namun juga terhadap pasar.

Darmin juga menyayangkan sikap Presiden Trump yang merespon sikap negara-negara lain yang berujung pada beban bea masuk.

"Ada Turki, ada Rusia, Brasil. Begitu dinaikkan khusus (bea masuk) ini bukan urusan perang dagang dengan China dan Eropa. Nah dia (Trump) lagi marah, kemudian dibebankan bea masuk," imbuhnya.