Nilai Tukar Petani Di Jateng Menurun

BPS Jateng mencatat nilai tukar petani (NTP) selama periode Januari 2018 mengalami penurunan sebesar 103,00 atau turun 0,47 persen dibanding periode sebelumnya. Penurunan NTP Januari 2018 dipengaruhi oleh turunnya NTP pada beberapa sub sektor. Diantaranya subsektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, perikanan.


"Sektor ini mengalami penurunan dengan besaran bervariasi. Misalkan, sub sektor hortikultura sebesar 1,68%, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,20 dan lainnya," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, Margo Yuwono, Jumat (2/2).

Adapun, lanjut dia, subsektor yang mengalami kenaikan adalah tanaman pangan yakni sebesar 1,77%. Penurunan NTP dipicu Indeks Harga yang Dibayar Petani (ib) naik sebesar 1,12% lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga yang Diterima Petani (it) yang naik hanya sebesar 0.65%. "NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Begitu juga sebaliknya," paparnya.

Dia menerangkan, Januari 2018 komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain komoditas tanaman pangan seperti gabah, ketela pohon/ ubi kayu dan kacang tanah. Sedangkan, subsektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan mengalami penurunan harga. Diantaranya komoditas bawang merah, kacang merah, vanili, kelapa, domba, kerbau, ikan nila dan kerapu.

"Dari 33 provinsi di Indonesia, pada Januari 2018 kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi NAD sebesar 0,89%. Sebaliknya, penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 2,46%," katanya.