Pemimpin oposisi Israel yang sekaligus Menteri Pertahanan Benny Gantz marah besar dan menuding PM Benjamin Netanyahu ingin "membentuk monarki".
- Komisi Eropa Menarik Pasal Pengaturan Karena Tidak Tercapai Kesepakatan Pada AIAS Paris 2025
- Penimbunan Vaksin oleh Negara Kaya Disebut Bencana Kegagalan Moral Dunia
- Kasus Covid-19 Di Indonesia Meroket, Warga Jepang Mulai Dievakuasi Dengan Penerbangan Khusus
Baca Juga
Pemimpin oposisi Israel yang sekaligus Menteri Pertahanan Benny Gantz marah besar dan menuding PM Benjamin Netanyahu ingin "membentuk monarki".
Hal itu menyusul langkah Netanyahu yang akan segera memecat para menteri dari Partai Biru dan Putih dan menghapus semua sisa pemeriksaan atas kekuasaannya, bila partai itu gagal meraih suara yang dibutuhkan pada pemilihan bulan depan.
Dalam wawancara dengan Channel 12, Gantz yang berang mengatakan keputusan Netanyahu itu menunjukkan akan ada perubahan rezim di depan mata.
Tempat ini akan menjadi monarki,†kata Gantz, pada Jumat (19/2), dikutip dari Time of Israel.Jika saya tidak melewati ambang batas pemilu yang diperlukan untuk memasuki Knesset, Netanyahu pada hari berikutnya akan memecat semua Menteri Biru dan Putih. Memecat (Jaksa Agung) Avichai Mandelblit, memblokir penunjukan jaksa penuntut negara yang baru, Amit Aisman, lalu menunjuk Amir Ohana (Partai Likud) sebagai menteri kehakiman," katanya.
Hubungan Netanyahu dengan Mandelblit sangat tidak bagus belakangan ini. Ia tanpa henti mengkritik Jaksa Agung itu dan jajarannya. Menyebut mereka memalsukan tiga kasus korupsi yang diadili sebagai bagian dari upaya kudeta politik yang dilakukan bersama dengan polisi, oposisi, dan media.
Dilansir Kantor Berita RMOL, Gants mengatakan keputusannya untuk masuk pemerintahan dimaksudkan untuk mempertahankan demokrasi dalam menghadapi serangan yang sedang dilancarkan Netanyahu dan partai Likud-nya.
Gantz telah berulang kali mengatakan dalam beberapa bulan terakhir bahwa kehadiran Biru Putih dalam koalisi telah melindungi demokrasi Israel dalam menghadapi upaya bersama oleh Netanyahu dan pendukungnya untuk melemahkannya.
Dalam setiap kampanyenya, Gantz berjanji, dia tidak akan duduk dalam pemerintahan bersama Netanyahu selama perdana menteri menghadapi tuduhan korupsi. Namun, dia setuju untuk melakukan hal itu pada akhir Maret 2020 dan membentuk pemerintahan persatuan dengan Netanyahu pada Mei.
Sebelumnya, pada 2019, Netanyahu mencoba membentuk sebuah pemerintahan koalisi, namun belum berhasil.
Pada Minggu, 15 Maret 2020, Gantz memenangkan dukungan dari dua partai kunci sehingga membuatnya punya peluang untuk membentuk sebuah pemerintahan setelah pemilu terakhir yang diselenggarakan pada 2 Maret 2020.
Presiden akan mengeluarkan perintah untuk membentuk pemerintahan yang dipimpin Benny Gantz,†kata Kepresidenan Israel.
Sebenarnya penunjukkan itu bisa mendorong peluang Gantz untuk menyingkirkan Netanyahu dari kursi orang nomor satu di Israel.
Ketika Gantz menandatangani kesepakatan koalisi dengan Netanyahu, para kritikus memperingatkan Netanyahu tidak dapat dipercaya untuk menyerahkan jabatan perdana menteri pada November 2021, seperti yang disyaratkan oleh perjanjian Likud-Biru dan Putih.
Netanyahu, yang kini berusia 70 tahun, dan memimpin Partai Likud, saat ini telah menjadi perdana menteri terlama yang pernah menjabat di Israel. Pemerintahannya saat ini dihadapkan pada tantangan memerangi penyebaran virus corona, dimana Netanyahu sudah memberlakukan darurat nasional selama enam bulan ke depan agar pihaknya bisa menangani virus corona. [sth]
- Seruan Prabowo Di KTT D8: Eratkan Solidaritas Muslim Dan Jaga Perdamaian
- Polri dapat Apresiasi di Konferensi ASEANAPOL
- Virus Corona Berpotensi Memiliki Mutasi Yang Kebal Terhadap Vaksin