Momen Halal Bihalal menjadi satu kesempatan untuk menguri-uri kebudayaan Indoensia sekaligus upaya mempererat 'Jogo Tonggo' seperti didengungkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
- Peringati 155 Tahun Perjalanan Kereta Api Indonesia Melalui Napak Tilas Jalur Kereta Semarang-Tanggung
- Perhutani KPH Pekalongan Barat Berlomba Lakukan Bantuan Sambut Ramadan 1446 H
- Masjid Agung Madaniyah Karanganyar Bisa Digunakan Untuk Ibadah
Baca Juga
Apa jadinya, ketika 'keluarga kecil' sekelas RT menggelar Halal Bihalal. Keakraban, guyon, canda dan tawa lepas mewarnai keakraban yang diwarnai lantunan lagu-lagu syahdu
Pesen sakral inilah yang coba ditunjukan 'keluarga kecil' RT 01 RW X Perumahan Taman Mutiara (Tamut) Salatiga, Kelurahan Tingkir Tengah, Kacamatan Tingkir, Salatiga, Minggu (15/5).
Seperti diketahui, mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) halal bihalal adalah hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Biasanya kegiatan diadakan sekelompok orang di auditorium atau aula. Halal bihalal juga didefinisikan sebagai silaturahmi.
Ketua RW X Perumahan Taman Mutiara Salatiga Sigit A mengatakan, bukan masalah hidangannya tapi Hahal Bihalal sangat penting untuk dipertahankan.
"Di RT 1 sendiri sebelum hingga setelan lebaran ini tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua berjalan aman selama lebaran hingga pasca. Semua berkat kerjasama semua warga," tandas Sigit.
Secara pribadi, Sigit memohon maaf lahir batin salama memimpin ada kekeliruan. Dan pada kesempatan tersebut, ia manfaatkan menjadi momen yang sangat sakral.
"Kami mengucapkan terimakasih kepada warga RT 1 mulai sejak COVID-19 melanda semua bisa twtatad. Saya mengucapkan terimakasih atas dukungannya kami sangat bangga, semoga kegiatan dapat berjalan hingga anak cucu kita," ujarnya.
Ketua RT 1 Sudiono menambahkan pihaknya bersyukur dengan kegiatan Halal Bihalal menjadi mementun melebur segala kesalahan, kekhilafan sekaligus ajang mempersatukan warga.
Hal sanada disampaikan Ketua Panitia Dalyati. Ia menandaskan, momen Halal Bihalal RT 01 Perumahan 'Mewah' (Mepet Sawah) ini bukan kemewahan atau menunjukkan apa yang dikenakan, tapi mencoba membalut hati sesama untuk tetap disatukan dalam kerukunan.
"RT adalah 'keluarga terkecil' dalam sebuah organisasi kemasyarakatan. Didorong hal tersebut kami dari ibu-ibi RT mempelopori adanya Halal Bihalal ini, diharapkan dapat kembali memupuk, menjalin silahturahmi. Sekaligus kembali mempererat yang 'jauh' karena kesibukan sehari-hari," ungkap Dalyati.
Ia pun berharap, kegiatan dari warga untuk warga ini memperkuat 'Jongo Tonggo' dilingkungan terkecil di tingkat RT.
- Ternak Positif PMK di Batang Tembus 802 Ekor
- DLH Batang Olah Guguran Daun Jati jadi Kompos
- Wali Kota Semarang Pantau Perayaan Imlek di Kelenteng