Pj Wali Kota Salatiga Perintahkan Hasil Audit Stunting Ditindaklanjuti

Penjabat Wali Kota Salatiga Sinoeng N Rachmadi memerintahkan kepada OPD terkait dan Tim Percepatan Penanganan Stunting untuk segera menindaklanjuti hasil audit oleh tim.


Perintah ini disampaikan saat Sinoeng memberikan pengarahan ditengah kegiatan Desiminasi Audit Kasus Stunting Tingkat Kota Salatiga bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pelindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Salatiga (DP3APPKB), di Aula Plumpungan Gedung Setda, Senin (26/09).

Ia juga meminta agar memanfaatkan momen bertemu Tim Percepatan Penanganan Stunting.

"Sehingga analisa hasil audit untuk ditindaklanjuti. Jangan reaktif ketika kelihatan dan menemukan masalah baru melangkah. Mumpung ketemu tim audit kita dapat menemukan masalah yang ada," kata Sinoeng.

Ia juga meminta agar terus menggalakkan posyandu untuk mendukung deteksi dan penanganan. Beberapa pihak dari masyarakat yang belum memiliki BPJS segera ambil langkah untuk diikutsertakan.

Pemkot Salatiga berharap melalui kerjasama yang telah berjalan bisa mewujudkan target penurunan kasus stunting di kota Salatiga.

"Program penyesaian stunting tidak bisa ditangani oleh satu pihak tapi keikutsertaan berbagai pihak termasuk OPD. Tim pendamping keluarga juga kami sampaikan terima kasih atas usahanya mengatasi stunting," pungkasnya.

Sementara, Kepala DP3APPKB Yuni Ambarwati mengatakan bahwa desiminasi dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhn.

"Desiminasi ada juga yang dilakukan  secara langsung dan ada yang melalui tele-konsultasi antara tim pakar dan tim teknis sesuai lokuskasus audit," papar Yuni.

Selanjutnya tim pakar akan memberikan checklist intervensi pencegahan/penanganan kasus untuk ditindaklanjuti oleh tim teknis.

Di tempat yang sama, Dr Listya  Eko Wulandari, Sp.A. dari perwakilan tim audit menjelaskan jika audit kasus stunting adalah identifikasi resiko dan penyebab resiko kasus stunting.

"Misal kasus 1 disebabkan karena tidak asi eksklusif, mudah batuk pilek, jarang ke posyandu, pemberian MPASI tidak tepat waktu,  penyebab karena ibu bekerja," terang Listya  Eko

Sedangkan, kasus 2 ditemukan pemberian protein hewani, sering batuk pilek dan diare, jarang ke posyandu, pemberian MPASI tidak tepat waktu,  MPASI tidak adekuat (karena anak pemakan sedikit, padahal harus dikombinasi).

Ia juga memohon tim pakar bisa memaparkan hasil audit stunting yang telah dilakukan, selanjutnya untuk dilakukan tindaklanjut dari hasil audit.

Harapannya, adanya intervensi bapak asuh stunting perlu bapak ibu lakukan. "Kedepan kami juga akan melakukan audit kembali. Tentu perlu kerjasama antara auditor dan bapak asuh stunting. Untuk diketahui kondisi hasil audit bulan februari turun menjadi 5,9 persen.

Dalam kesempatan tersebut juga diberikan Bantuan anak asuh stunting (BAAS) dari PDAM, BAAS dari Pj Wali Kota, dan BAAS Bank Jateng yang diberikan kepada Duta stunting dari Kelurahan Tegalrejo, dan Kutowinangun Lor. Muthoin selaku Wakil ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kota Salatiga dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan arah kebijakan tim.