Para menteri di dalam Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakilnya, Gibran Rakabuming Raka, yang baru saja dilantik sudah akan berhadapan dengan tantangan baru, yakni potensi hilangnya triliunan rupiah dari pendapatannya yang didapat dari Selat Malaka.
- UPZ SG Salurkan 900 Bantuan Paket Sembako Senilai Rp109 Juta kepada Fakir Miskin di Kabupaten Rembang
- Kelola Lingkungan secara Berkelanjutan, Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Raih Empat Proper Emas
- Puerto Rico, Surga Baru Pengusaha Kripto
Baca Juga
Kehilangan pendapatan ini diakibatkan oleh proyek di Kerajaan Thailand yang membangun kanal raksasa bernama Terusan Kra, suatu kanal sepanjang 120 kilometer yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut China Selatan.
Proyek pembangunan kanal tersebut dibantu oleh China. Menurut TFI Post, hal ini akan memberikan berbagai kemudahan baik bagi Thailand mau pun China yang selama ini menghadapi dominasi Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Pembangunan Kanal Kra ini dimulai tahun 2015 dan diperkirakan akan selesai sesuai jadwal pada tahun 2025. Menurut TFI Post, Thailand yang akan membangun Terusan Kra akan membuat China memiliki jalur alternatif perdagangan laut. Mengingat Tiongkok selama ini memang cukup kesulitan dalam hal perdagangan melalui jalur laut sebab penguasa Selat Malaka yang terlalu mendominasi.
Terusan Kra membentang dari Provinsi Songkhla di sebelah barat Thailand hingga ke Provinsi Satun di timur. Panjangnya merentang 102 kilometer dan membuat penghematan waktu perjalanan selama 72 jam atau 1.200 kilometer. Pemegang saham pembangunan kanal ini adalah Kerajaan Thailand dan Republik Rakyat China, kedua-duanya sebagai investor utama.
Perhitungan pada 2024 ini, sebanyak 80.000 kapal kargo melewati Selat Malaka dalam setahun, atau sekitar 220 kapal setiap harinya. Semua kapal itu membayar ongkos USD300.000 atau Rp4 miliar secara keseluruhan kepada tiga penguasa Selat Malaka.
Menurut perhitungan, Indonesia akan mendapatkan kerugian yang terbesar karena kehilangan pemasukan USD11.000 per tahun atau setara Rp143 triliun. Dengan kata lain Indonesia adalah negara yang menderita kerugian terbesar dari kedua negara tetangganya tadi akibat tidak adanya sewa pelabuhan dari kapal-kapal yang melewati perairannya.
Sebagai informasi, pelabuhan besar di Indonesia yang berada dalam lingkup Selat Malaka mencakup Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Api-api, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Tanjung Priuk di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Belum lagi pelabuhan Makassar, Pelabuhan Subang, dan Pelabuhan Trisakti (di Banjarmasin) yang selama ini telah menerima limpahan rezeki dari kapal-kapal kargo yang sekaligus mampir dan berdagang di perairan dalam Indonesia.
Kanal Kra pasti tidak akan memiliki gangguan perompak yang bergentayangan di Selat Malaka, selain juga tidak ada gerombolan teroris yang menculik anak buah kapal (ABK( dan menjarah berbagai kargo di perairan Laut China Selatan. Kanal ini sudah pasti akan dikawal secara tersirat oleh Angkatan Bersenjata China sebagai salah satu pemegang saham besar dari pembangunan Terusan Kra.
Para pimpinan di bidang maritim dan ekosistem perekonomian Republik Indonesia nampaknya juga harus berpikir keras bagaimana caranya membuat pendapatan negara tidak berkurang akibat dibukanya Terusan Kra dan mencari gantinya. Selain juga harus memperbaiki birokrasi dan administrasi negara yang terkenal korup dan njelimet di antara para pemangku kepentingan di kemaritiman.
- Jangan Mabok Pujian, Marselino!
- PLN Galang Kolaborasi Global untuk Transisi Energi Menuju Swasembada Energi Berkelanjutan
- Marselino Gemilang, Indonesia Menang