Ratusan Muslim di Salatiga Bersihkan Makam Sambil Panjatkan Doa Bagi Leluhur

Ratusan muslim Salatiga berbondong-bondong mendatangi Tempat Pemakaman Umum (TPU) di empat kecamatan di Kota Tertoleran tersebut, Minggu (27/3).


Sejak pagi mereka yang datang berkelompok bersama keluarga besar untuk menggelar 'nyadran' atau tradisi muslim membersihkan makam leluhur menjelang bulan suci Ramadan. 

Seperti yang tampak di TPU Kauman atau di kawasan tak jauh dari masjid tertua di Salatiga, Kauman. Berbekal bunga tabur serta setangkai warna-warni tanaman khas, merapikan dan membersihkan serta menyiram makam keluarga yang telah berpulang menjadi sebuah kewajiban sesaat menginjakkan TPU. 

Selang beberapa saat, seorang kiai atau tokoh agama yang dituakan memimpin doa, membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an memanjatkan permohonan bagi leluhur yang lebih dahulu berpulang kepada Allah SWT. 

Seperti terlihat dilakukan Hj Rugaya Renwarin SH MM, seorang warga Jalan Merdeka Selatan Salatiga. Membawa serta sejumlah kerabatnya, pensiunan Polri Yangs saat ini berprofesi sebagai Dosen sebuah perguruan tinggi di Salatiga itu sebenarnya rutin berziarah ke makam almarhum suami tercinta. 

"Sebenarnya, untuk berziarah ke makam suami rutin seminggu sekali. Namun karena ini sesaat lagi memasuki bulan suci Ramadan, menjadi lebih sedikit istimewa," ucap Rugaya. 

Ia mengungkapkan, 'nyadran' dalam tradisi adat Jawa atau dalam bahasa nasional ziarah merupakan tradisi tahunan (ziarah) ke makam yang secara turun-temurun. 

Perlahan tradisi nyadran juga dilakukan mereka yang tidak hanya beragama Islam. Non muslim pun menggelar tradisi serupa dengan keyakinan masing-masing. 

"Meski saya berasal dari Papua, namun karena telah lama menetap di Jawa tradisi nyadran telah dilakukan rutin menjelang bulan Ramadan," pungkasnya. 

Sementara, sejumlah juru kunci TPU di Salatiga bersama pengurus RT/RW atau karang taruna setempat mengaku seminggu menjelang Ramadan menjadi momen sibuk. Pasalnya, muslim yang datang silih berganti sepanjang hari. 

Tak jarang, sebagai juru kunci mereka harus menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan dia bersama dikawasan pemakaman. 

"Kami menyiapkan pengeras suara, tikar dan air yang didoakan," ungkap Agus, seorang pemuda warga Salatiga.