Rektor Universitas Semarang (USM) Dr Supari ST MT menegaskan, pers pada era kini dituntut memainkan perannya sebagai kontrol sosial dan mengedukasi masyarakat, apalagi menjelang tahun politik 2024 yang menghelat Pilpres.dan legislatif.
- Semarang Capai Suhu Tertinggi Hingga 37 Derajat Celcius
- Defisit Kompetensi Digital dapat Diatasi Jika Tansformasi bidang Pendidikan Direalisasikan
- Warga Mulai Terima Ganti Untung Pelepasan Lahan Proyek Bendungan Bener
Baca Juga
"Saya melihat kecenderungan media massa digital, masih ada kecenderungan mencari hal-hal yang viral demi menjaring viewer sebanyak-banyaknya. Tapi menurut saya, sebagai alat kontrol sosial, pers harus mengedepankan nilai-nilai edukasi. Kalimat-kalimatnya harus mendidik, bukan memojokan, provokatif. Dibumbui boleh, tapi tak boleh menyesatkan,'' kata Supari usai dalam Dialog 5 Rektor bertajuk ''Media Edukatif Menuju Tahun Politik 2024'' di Gedung E Lantai 3 Udinus Semarang, Kamis (2/2) siang.
Menurut Supari, di tahun politik masyarakat butuh informasi yang lebih edukatif ketimbang harus disuguhi dengan viralitas.
Semua orang, kata dia, kini bisa membuat konten-konten melalui platform digital yang bisa merugikan pihak lain. Akibatnya disinformasi sering diterima oleh masyarakat dan cenderung dipercaya.
Diakuinya, mengejar berita viral untuk mendapatkan follower atau keuntungan finansial, memang tak bisa dihindari ditengah perkembangan teknologi komunikasi.
Namun dia berharap, hal tersebut jangan dikedepankan. Lebih baik, jadikan media sebagai sarana membangun semangat optimisme dan semangat persatuan di tengah masyarakat yang heterogen.
"Menurut saya, di sinilah peran media massa, cetak maupun online, untuk kembali menumbuhkan rasa persatuan, suasana adem seperti harapan Bu Ita (Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu). Pilihlah kata-kata, diksi-diksi yang mendidik," kata Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Cabang Semarang itu.
Pers pada kekinian, saran Supari, hendaknya memberikan teladan kepada Generasi Z atau milenial yang saat ini terlibat dalam pesta demokrasi tahun 2024 dengan pemberitaan yang mendidik, yang mendorong kedewasaan berpolitik.
"Berikan mereka edukasi. Setiap saat mereka dekat dengan gawai mulai bangun tidur, hingga mau tidur. Sedangkan waktu kuliah hanya beberapa jam saja. Jika semua informasi yang diberikan itu mendidik, informasi yang dibaca dalam gadget tentu berkualitas," tambahnya.
Supari menambahkan, masyarakat saat ini dibanjiri oleh informasi, jelang Pemilu di tahun 2024. Posisi media massa, baik itu mainstream maupun media sosial sesungguhnya strategis menumbuhkan semangat berdemokrasi.
"Meskipun tetap ada informasi yang menyesatkan dan mencemaskan. Kuncinya menurut saya, tempatkan segalanya untuk kepentingan nasional, keutuhan NKRI. Dibutuhkan digital ethics, agar semua pemberitaan dan informasi lewat platform digital didasari rasa cinta kepada kepentingan nasional," katanya.
Dia juga menambahkan, mengingat 2024 adalah masa konstetasi Pilpres, maka ketika memilih pemimpin harus meletakan rasa cinta kepada Indonesia di atas segalanya.
- Perlindungan Anak Di Masa Pandemi Harus Diperhatikan
- Hari Santri Nasional Momentum Tanamkan Nilai-Nilai Kebangsaan pada Generasi Muda
- Fokus Keberlanjutan Lingkungan, Sido Muncul Diganjar Penghargaan Titanium dari BPOM