Pelaku usaha pelayaran nasional mengharapkan terjadinya stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kini terus mengalami pelemahan dan telah mencapai sekitar Rp 14 ribu.
- 21.991 Pengaduan Konsumen ke OJK, Tertinggi Soal Restrukturisasi Kredit
- Adanya UU Cipta Kerja, Dinas Koperasi Salatiga Segera Kantongi Perda Pembentukan Koperasi Baru
- Stok Migor Curah Kosong, Banyak Agen Belum Miliki Aplikasi SIMIRAH
Baca Juga
"Kami harap tentunya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ini cepat stabil. Karena kita perlu menyesuaikan dan menata ulang rencana bisnis jika terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang," kata Ketua Umum DPP Indonesia National Shipowners Association (Insa), Carmelita Hartoto dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (1/7)
Menurutnya, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat perusahaan cukup berdampak pada beban biaya perusahaan.
Hal ini tidak lepas dari beberapa komponen beban perusahaan yang harus dibayarkan dalam bentuk dolar AS seperti sparepart kapal.
Sebagian besar sparepart kapal saat ini masih lebih banyak impor. Selain itu, ada pinjaman kepada bank asing dalam pembangunan kapal yang perlu dibayarkan dalam bentuk dolar AS.
Komponen lainnya adalah asuransi kapal dengan perusahaan asuransi asing. Tentunya hal ini memberatkan perusahaan pelayaran, mengingat income pelayaran domestik bagi perusahaan pelayaran nasional menggunakan mata uang rupiah.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berdampak peningkatan cost of transaction para importir Indonesia. Bagi importir, biaya yang dikeluarkan untuk nilai suatu barang tertentu akan ikut terkerek naik jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan.
Adapun, bagi eksportir justru terjadi sebaliknya. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan membuat nilai dari hasil produksi suatu barang yang diproduksi menjadi lebih tinggi.
Untuk itu, Carmelita menambahkan, perusahaan nasional yang terdampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga tidak dapat berbuat banyak, selain melakukan efisiensi-efisiensi pada pos-pos beban biaya yang dapat ditekan.
"Tentunya beban kita semakin berat, karena sulit bagi pelayaran nasional menaikkan freight kapal. Mungkin yang dapat dilakukan adalah efisiensi pada beban biaya yang mungkin bisa ditekan," jelasnya.
Sementara itu, kata Carmelita, penaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25 persen, yang dilakukan Bank Indonesia sedikit banyak juga akan berdampak bagi perusahaan pelayaran nasional. Pelayaran nasional harus berusaha lebih keras untuk mendapat pinjaman guna investasi pengembangan usaha.
"Kita mengharapkan untuk industri pelayaran nasional adanya pendanaan kompetitif yang dibedakan dengan bunga perbankan pada umumnya," tuturnya.
- Kepala DJP Jateng I Minta Pelajar Punya Kesadaran Bayar Pajak Sejak Dini
- Tebus Murah Cabai dan Bawang Merah Seribu Rupiah dengan QRIS
- 73 Pemuda Kota Magelang Dilatih Berwirausaha