Salatiga Dikepung Wabah PMK, Solusi Tidak Bisa Menyenangkan Semua Pihak

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Salatiga Henny Mulyani menegaskan, saat ini Salatiga dikepung wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dari daerah tetangga dan sebagai upaya penanganan terhadap wabah PMK di Salatiga tidak dapat menyenangkan semua pihak.


Apa yang disampaikan Henny Mulyani di tengah agenda Sosialisasi Peningkatan Kewaspadaan terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Salatiga, dipusatkan di RPH Salatiga, Kamis (19/5). 

Kegiatan menghadirkan kelompok tani, Kepolisian sebagai Tim Suport Kota Salatiga, Media, serta para peternak di Salatiga dan blantik juga Jagal. Termasuk di dalamnya tim dokter serta, perwakilan dari 23 kelurahan dan kecamatan. 

Henny menerangkan, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia sedang mendapatkan ujian yakni PMK dan sejauh ini, perkembangan di Salatiga patut diwaspadai. 

"Karena dua daerah tetangga ditemukan wabah PMK. Masing-masing, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Sehingga, Salatiga 'dikepung' daerah-daerah yang terjangkit PMK," ujar Henny. 

Dengan temuan itu, diakuinya dinas memiliki keterbatasan (menangani). 

"Kami tidak bisa mengatasi sendiri dan perlu dukungan dan mencari solusi yang mungkin tidak bisa menyenangkan semua pihak," tandasnya. 

Henny menegaskan, adanya wabah PMK disertai penanganannya bukan untuk menghakimi. Diakuinya, semua pihak pasti dirugikan dengan adanya ujian bencana PMK ini. 

Mengingat vaksin sampai detik ini juga belum ada (belum ditemukan). 

"Langkah kita preventif serta rehabilitasi bagaimana sebagai upaya pencegahan," imbuhnya. 

Henny menambahkan, sejauh ini pihaknya telah menerima Surat Edaran dari Pusat yang menyebutkan daerah yang terkontaminasi Boyolali dan Kabupaten Semarang. Sehingga, Salatiga dikepung wabah PMK  

"Kami juga telah melakukan sosialisasi juga secara daring sudah dilakukan termasuk SE Wali Kota Salatiga sebagai upaya pencegahan. Diharapkan semua warga terjangkau informasi yang kami sampaikan," pungkasnya. 

Sebelumnya Menteri Pertanian Indonesia Prof. Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH., M.Si., MH., menyebutkan jika saat ini vaksin akan dibuat sebagai upaya penanganan PMK. 

"Vaksinnya secara nasionalis dalam 14 hari, akan dihadirkan vaksin impor sambil menunggu vaksinasi secara global," tutur Syahrul Yasin Limpo. 

Wabah secara umum, ujar dia, khususnya di Jatim dan Aceh ditemukan belakangan adalah menyebarkan obat-obat yang ada  untuk menunggu vaksin ditemukan.  

Kepada daerah lain di Indonesia, sepakat bahwa penyuntikan vitamin dan anti biotik sebagai penguat imun ternak yang tidak terjangkit PMK untuk semua kabupaten provinsi sambil menungu vaksin yang ada. 

"Intervensi berkaitan dengan vitamin, penurun suhu dan anti biotik semakin baik. Sehingga, berharap virus bukan yang mematikan  dan perlu tetap diwaspadai. Yang pasti, yang kena diobati yang tidak kena dinaikan imunnya," akunya. 

Kementrian juga segera melakukan pelatihan untuk tenaga kesehatan hewan, diberikan referensi penanganan dampak PMK. Serta, secara regulasi, gugus tugas dibentuk hinggabtinhkat Kabupaten Kota dan membuat laporan. 

"Catatan saya, perlu kerjasama dan secara teknis perkuat," imbuhnya.