Sedimentasi Waduk Gajahmungkur Mencapai 195 Juta Meter Kubik

Fendri Ferdian Kepala Sub Divisi Jasa ASA III/I Surakarta Fendri Ferdian, tengah meninjau kondisi Waduk Gajahmungkur, Sabtu (9/9). RMOL Jateng
Fendri Ferdian Kepala Sub Divisi Jasa ASA III/I Surakarta Fendri Ferdian, tengah meninjau kondisi Waduk Gajahmungkur, Sabtu (9/9). RMOL Jateng

Sedimentasi di Waduk Gajagmungkur Wonogiri telah mencapai 195 juta meter kubik sehingga mengurangi daya tampung air.


“Pada awal diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 80-an Waduk Gajahmungkur ini mampu menampung air sebanuyak 560 juta m3. Pada pendataan terakhir, tahun 2022, kemampuan daya tampung air menjadi 365 juta m3. Itu terjadi karena banyaknya sedimentasi yang ada  di Waduk Gajahmungkur,” papar Kepala Sub Divisi Jasa ASA III/I Surakarta Fendri Ferdian, Sabtu (9/9).

Dia memaparkan, tingginya sedimentasi dipicu daerah tangkapan air Waduk Gajahmungkur merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Alhasil, banyak tanah yang tergerus dan terbawa air yang bermuara di Waduk Gajahmungkur.

 Terkait tingginya sedimentasi tersebut, pihak Jasa Tirta telah melakukan upaya penyedotan sedimentasi. Hal ini diharapkan dapat memaksimalkan tampungan air dan telah menaikkan batas atas ketinggian muka air.

Ferdi menolak menjawab keterkaitan berkurangnya volume waduk menyebabkan banjir di sepanjang Bengawan Solo.

Menurut dia, pembuangan atau pelepasan air waduk ada aturannya sehingga waduk benar-benar mempunyai fungsi pengendali banjir. 

“Kalau di Solo terjadi banjir, air berasal dari anakan sunmgai yang masuk ke aliran Bengawan Solo. Lepasan air dari waduk tetap mengacu standar operasional,” katanya.