Sosok Nyi Roro Kidul atau sebagian menyebutnya Ratu Kidul, bagi masyarakat Jawa sudah menjadi legenda 'hidup'. Keberadaanya juga memiliki hubungan erat dengan dinasti Mataram.
- Melupakan Jejak Kelam Masa Silam
- Sewindu Ganjar Pranowo Pimpin Jawa Tengah: Clean Government, Tapi Masih Ganjar Sentris
- Warga Pegunungan Kendeng Tetap Tolak Pabrik Semen
Baca Juga
Era Panembahan Senopati di dalam Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan dan masyarakat dari malapetaka.
Bahkan Kraton Yogyakarta dan Surakarta hingga kini masih melaksanakan ritual yang erat kaitannya dengan keberadaan sang Ratu Kidul. Seperti Keraton Surakarta yang sering mementaskan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang. Ditarikan oleh sembilan gadis yang sebelumnya menggelar ritual khusus.
Dimana tarian yang di laksanakan setahun sekali saat pada saat peringatan hari penobatan para raja, dilakukan oleh sembilan orang penari dan saat pertunjukan tersebut akan muncul penari 'kesepuluh' yang diyakini hadir secara gaib dan terlihat paling bersinar.
Tak heran jika pesona Ratu Kidul juga memikat seorang kolektor barang antik, BRM Kusumo Putro. Bahkan dirinya mengaku memiliki puluhan koleksi lukisan Nyai Roro Kidul' yang tampil dalam sosok wanita cantik berambut panjang bermahkota dan mengenakan busana kemben khas Jawa berwarna hijau yang dikelilingi ombak pantai selatan.
"Ini sebagian koleksi saya, ada sekitar 20 koleksi dan hingga akhir 2019 nanti targetnya bisa mengoleksi lukisan Nyai Roro Kidul sebanyak 50 lebih lukisan," jelasnya kepada RMOLJateng, Senin (8/10).
Kusumo Putro yang juga Ketua Lembaga Pemerhati dan penyelamat Seni Budaya Indonesia (DPPSBI) mengatakan lukisan ini dipesan langsung dari tiga orang seniman lukis yang mumpuni. Namun ada yang membedakan dibanding lukisan lain.
"Sebelum mulai melukis semua peralatan untuk melukis saya bawa dulu ke Parangkusumo," ucapnya lebih lanjut.
Setelahnya, saat memulai melukis juga tidak sembarangan, para pelukis diminta agar melukis sesuai dengan gambaran dan arahan yang di miliki Kusumo. Sebab itulah prosesnya memakan waktu lama. Karena sesuai dengan imaginasinya juga maka lukisan itu juga memiliki karakter yang berbeda beda.
"Hasil ini (lukisan Nyai Roro Kidul) benar-benar tertuang dari gambaran yang muncul di benak dan pemikiran saya," ucap Kusumo.
Banyak hal gaib yang dirasakan Kusomo sejak mengkoleksi lukisan tersebut. Di dalam ruangan kantornya yang juga bernuansa hijau muda, sering tercium bau harum bunga. Terkadang bila memandang lukisan itu dalam waktu lama seolah-olah mata dalam lukisan itu bersinar seperti itu.
"Kadang saat saya di kantor sendiri, tiba-tiba ada bau harum menghampiri. Atau terkadang matanya murup (hidup), ya bagi saya biasa saja," pungkasnya.
- Quo Vadis Program Deradikalisasi?
- Bangkit Menata Kehidupan, Kembali Ke Masyarakat
- Tata Ruang: Perlukah Mengajak Milenial Jadi Petani?