Susuri Dunia Bawah Tanah yang Begitu Memukau (3-habis)

Hujan Salju di Perkampungan Tradisional Shirakawago

Apa bekal melancong ke negeri orang?. Selain bekal uang, modal penting lain adalah badan sehat. Tak mungkin melakukan trip atau perjalanan ke luar ngeri jika badannya tak fit. Saya merasakan pengalaman luar biasa melakukan perjalanan itu ketika menyusuri beberapa destinasi, dan juga kunjungan ke beberapa tempat di Negeri Sakura.


Sejak pertama kali menjejakkan kaki di Bandara Narita hawa dingin telah mengkoyak, seperti menusuk-nusuk tubuh.

Menghadapi cuaca ekstrem seperti itu badan mesti sehat dan kuat. Kalau tidak kuat bisa limbung alias tumbang. Pengalaman eksotik mengunjungi Shirakawago benar-benar jadi uji nyali.

Tempat ini lokasinya di Perfektur Gifu sungguh memberi sensasi tersendiri. Saat kami datang, sekitar awal Februari lalu bertepatan musim dingin.

Sepanjang perjalanan, usai mampir di Kawaguchi suguhan pemandangan kampung-kampung yang diselimuti salju memanjakan mata.

Sebagian ruas nyaris tertutup salju, karenanya eskavator mesti dikerahkan untuk mengeruk hamparan salju yang menutup jalan.

Ini perjalanan darat cukup panjang, jelang tengah hari kami berangkat dari Kawaguchi, Prefektur Saitama menuju Kyoto.

Medan yang saya lewati cukup ekstrem, perjalanan menanjak, dan berkelok-kelok. Meski kondisi medan cukup bagus, tetapi membuat degup jantung berpacu juga.

Beruntung driver yang mendampingi cukup piawai, dan menguasai jalan.

Kampung Tradisional Istimewa

Shirakawago yang menjadi tujuan kami adalah destinasi unik dan Istimewa. Desa ini terletak kawasan Takayama, Prefektur Gifu.

Tempat ini (Shirakawago) bersama dengan Gokayama di Nanto, Toyama menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Shirakawa adalah salah satu tempat yang menerima paling banyak hujan salju di Jepang.

Kami juga disambut hujan salju cukup lebat saat tiba di sana (Shirakawago). Karena derasnya salju ke mana saja sejauh mata memandang yang kami lihat serba putih. Suhu memang dingin, bahkan temparature menunuk anga minus tujuh derajat.

Dingin yang esktrem, apalagi ditengah guyuran hujam salju lebat kami tak bisa jelajahi desa warisan UNESCO ini. Karena jangankan berjalan menyusuri perkampungan mobilitas bena-benar terbatas lantaran lebatnya salju.

Saya menyaksikan beberapa mobil terjebak tidak bisa bergerak dikepung salju. Buat kami suasana itu sungguh exciting rasanya wooouww banget. Shirakawago benar-benar luar biasa.

Ini pengalaman, dan perjalanan dengan petualangan tidak mungkin terlupakan, yakni mengunjungi daerah yang diselelimuti es, dan salju. Salju putih yang turun seperti kapas putih nyaris turun sepanjang hari.

Jalan Kaki, Jalan Kaki Lagi..

Seperti saya sebut di awal, bekal penting melakukan perjalanan di luar negeri adalah badan sehat.

Di Jepang, meski transportasinya sudah modern juga menjangkau seluruh penjuru negeri, tetapi tidak lantas sampai di depan pintu rumah.

Untuk bisa sampai rumah dari stasiun, apalagi kalau bukan jalan kaki. Dalam sehari saya melakukan perjalanan (kaki) tidak kurang dari 20 KM.

Dari hotel tempat saya menginap, yakni di Apa Hotel Tokyo harus jalan kaki menuju stasiun kereta. Saya juga harus jalan (kaki) saat mengunjungi destinasi tujuan.

Di Gotempa misalnya, outlet premium yang berlokasi di kaki Gunung Fuji kita hanya bisa mengeliling dan memuaskan nafsu belanja dengan jalan kaki.

Bayangkan mengelilingi tempat yang luasnya mencapai 13 Ha, rasanya kaki seperti mau toklek.

Beruntung lokasinya ini (Gotemba) berada di kaki gunung Fuji. Jadi terasa elok, adem, ditambah lagi mata kita dimanjakan pemandangan Anggun Gunung Fujiyama.

Saat (saya) datang cuaca cerah sehingga gunung Fuji terlihat sangat jelas. Ini seperti jadi bonus tersendiri.

Dari Tokyo kami naik Shinkansen turun  di Mishima, lanjut naik kereta lokal ke Numazu, dan disambung lagi dengan kereta lokal ke Gotemba.

Dari stasiun Gotemba, terdapat shuttle bus yang berangkat tiap 15 menit sekali. Berpuas-puaslah menikmati wisata belanja di Gotemba.

Tips berkunjung ke sini (Gotemba) badan sehat, dan kantong tebal. Meski banyak duit, jika tak kuat menyusuri outlet demi outlet kita tidak dapat belanja sepuas-puasanya.

Sarananya sekali lagi ya hanya jalan kaki. Setiap produk, dan tentu barang-barang bermerek (branded) ada satu building (gedung) yang menyediakan. Jadi tinggal memilih saja.

Shibuya Surga Belanja Juga

Usai dari Gotemba, anda jangan sampai lewatkan mampir ke Shibuya. Ini distrik sibuk, penuh warna, padat dengan pertokoan, restoran, klub dan pengunjungnya berjubel-jubel.

Karena itu Shibuya juga terkenal dengan persimpangan besar, ratusan orang lalu-lalang setiap saat.

Mobilitas manusia bergerak sedemikian rupa seperti kerumunan lebah terbang keluar dari sarang.

Pemandangan itu (Shibuya) sungguh menarik dan eksotik. Lautan manusia yang terus bergerak sepanjang waktu adalah ciri destinasi ini.

Apalagi pada jam-jam sibuk, seperti jam makan siang, atau sore hari saat pulang kerja simpang besar Shibuya benar-benar pada dan susah ditembus.

Tokyo memang kota paling berdenyut di negeri Sakura ini. Tetapi Shibuya punya daya tarik tersendiri.

Kota lain yang juga sibuk dan banyak jadi destinasi wisata favorit adalah Osaka, Yokohama, Nagoya dan Sapporo.

Masing-masing kota ini memiliki karakter sendiri, baik dalam hal penataan kota hingga gaya hidup orang-orang yang ada di sana.

Eloknya kota-kota itu punya kehidupan kota bawah yang luar biasa.

Sepintas, kecuali di pusat-pusat keramaian nyaris jarang. Kemacetan parah, seperti di Jakarta justru banyak ditemui, di stasiun KA,

Populasinya Capai Puluhan Miliar Penumpang

Jalur kereta di Jepang memang dikenal sebagai salah satu jalur kereta yang paling rumit di dunia, karena jaringannya sangat banyak dan menjangkau hampir di seluruh wilayah Negara Sakura itu.

Merujuk data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi (MLIT) Jepang, panjang lintasan kereta di Jepang mencapai 27.532 kilometer dengan rincian di tiga kota besar, di antaranya Tokyo mencapai 2.420 kilometer (8,8 persen).

Sementara itu, di kota besar lainnya, yakni Osaka 1.552 kilometer (5,6 persen) dan Nagoya 977 kilometer (3,5 persen).

Dalam setahun, kereta di Tokyo sendiri mengangkut 14,6 miliar penumpang (59,9 persen), di Osaka 4,5 miliar penumpang (18,5 persen), dan Nagoya 1,2 miliar penumpang (4,7 persen).

Dengan begitu banyaknya orang yang diangkut serta jaringan yang dioperasikan oleh ratusan operator kereta, lalu bagaimana sistem pengoperasiannya mengingat sistem perkeretaapian di Jepang sangat teratur dan tepat waktu.

Salah satu operator kereta perkotaan yang terkenal di Jepang, Tokyo Metro, menceritakan di balik pengoperasian kereta yang didominasi oleh jaringan kereta bawah tanah atau subway itu.

Saat ini porsi penggunaan moda (modal share) masyarakat yang menggunakan kereta api mencapai 48 persen, bus tiga persen, sepeda 14 persen, jalan kaki 23 persen, dan mobil 12 persen.

Uniknya, 80 persen jalur kereta yang dioperasikan berada di bawah tanah, berbeda dengan jaringan kereta lainnya di jalur biasa atau layang (elevated).

Dahulu masih banyak jalur kereta di atas tanah, namun lama-kelamaan menyebabkan kemacetan, akhirnya jalur kereta dialihkan ke bawah tanah.

Transportasi bawah tanah di Jepang disebut Chikatetsu. Kereta bawah tanah ini merupakan salah satu moda transportasi yang populer di Jepang. Kereta bawah tanah di Tokyo adalah.

Tokyo Metro dan Toei Subway, yang notabene gabungan dua sistem kereta bawah tanah utama di Tokyo. 

Tokyo Metro merupakan sistem kereta bawah tanah terbesar. Tips naik kereta bawah tanah di Jepang kita harus disiplin.

Jangan sekali-kali buang sampah sembarangan, jika ketahuan petugas, atau tertangkap CCTV akan didenda. Dan, jangan heran stasiun di Jepang bersih, dan rapi. (***)