Tradisi Mimiti, Awali Panen Padi Inpago Unsoed 1 Di Purbalingga

Warga Desa Sokawera, Kecamatan Padamara, Purbalingga menggelar tradisi ‘Mimiti’. Tradisi itu sebagai ungkapan rasa syukur karena para petani hendak memanen padi.


Warga Desa Sokawera, Kecamatan Padamara, Purbalingga menggelar tradisi ‘Mimiti’. Tradisi itu sebagai ungkapan rasa syukur karena para petani hendak memanen padi.

"Para petani di Desa Sokawera bisa memanen padi tiga kali dalam satu tahun. Padi yang ditanam varietas Inpago Unsoed 1 yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto,†kata Tim Promosi Unsoed, Ir Alief Einstein, M.Hum, Sabtu (3/10).

Tradisi Mimiti dan panen padi itu juga dihadiri langsung penemu varietas padi Inpago Unsoed 1 Prof Ir.Totok Agung, DH.MP.PhD.

Totok Agung mengungkapkan, tradisi Mimiti atau di tempat lain ada yang menyebut Miwiti, merupakan upacara tradisional memotong tumpeng dan makan bersama di pinggir sawah pada saat petani akan mulai panen.

"Tujuannya adalah mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas panen padi yang melimpah dan memanjatkan doa agar panen berikutnya lebih baik dan berkah,†ungkap Totok Agung.

Dikatakan Totok Agung, bagi petani, alam bukanlah dianggap sebagai entitas mati. Tapi alam dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang harus dihormati.

"Mimiti menjadi tradisi menghormati dan menjaga kelestarian alam sebagai bentuk syukur kepada Allah sang pencipta,†katanya.

Totok Agung menambahkan, varietas padi Inpago Unsoed 1 yang dipanen seluas 5 hektar untuk produksi benih dan seluas 8 hektar untuk produksi beras.

Tanaman padi yang dipanen diairi irigasi setengah teknis. Air irigasi sebenarnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air sepanjang tahun.

Tapi petani bisa mengatur pergiliran penggunaan air. Sehingga petani bisa menanam padi dan panen tiga kali dalam satu tahun.

"Dengan menanam varietas padi Inpago Unsoed 1, panen padi meningkat dan mutu panen lebih baik. Inpago Unsoed 1 memiliki keunggulan daya hasil tinggi, toleran kering, aroma nasi wangi dan rasanya pulen,†tambah Totok Agung.

Usai nasi tumpeng dipotong dan didoakan oleh tokoh agama setempat, waga desa baik laki dan perempuan berkumpul dan makan nasi bersama. Nasi dihamparkan memanjang di atas alas daun pisang.

Lauk dan sayur bervariasi, mulai kluban, tahu, tempe, teri, pete, jengkol, telur, ayam goreng, peyek, bermacam sayur yang semuanya adalah hasil panen sendiri.