Persoalan tukar guling aset Pemkot Salatiga yang diajukan Yayasan Karantiy Tahfizh Al-Qur'an Nasional (YKTAN) Salatiga ke Pemkot Salatiga menarik perhatian berbagai kalangan.
- Lima Rumah di Purbalingga Rusak Terdampak Gempa Bantul
- UNS Bagikan Daging Kurban Untuk Pegawai Non-kontrak, Masyarakat Sekitar Dan Desa Binaan
- Anggota DPR RI Minta Kesadaran Hak Konsumen Makin Meningkat
Baca Juga
Tak terkecuali Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasioanalis Indonesia (PA GMNI) yang pimpin 'dedengkot' tokoh muda Salatiga, Henry Wicaksono atau biasa Mas Soni.
Kepada RMOLJateng, Soni menilai soal tukar guling yang tengah 'panas' menjadi perbincangan tidak hanya elite Pemkot tapi juga warga Salatiga itu diharapkan dapat diselesaikan secara baik-baik.
"Terkait masalah tukar guling yang sedang viral di salatiga, selesaikan secara baik-baik dan sesuai regulasi saja. Agar kota tercinta ini tetap nyaman dan tentram," kata Soni, Selasa (9/8).
Salatiga, dinilainya, adalah Rumah Kita. Jika membayangkan rumah, ada rasa nyaman.
"Atine tentrem, selalu ada rasa ingin kembali ke rumah. Rumah yang kokoh tempat kita bisa tinggal dan berlindung dengan aman dan nyaman," ungkap pengusaha muda ini, lugas.
Sosok yang dikenal 'low profile' itu mengibaratkan Salatiga ini adalah rumah. Sebuah rumah ada orang tua yang bisa dijadikan tempat curhat di hadapan anak-anaknya. Dan sebagai anak pun, wajib mengikuti dan menghormati aturan yang di buat oleh orang tua.
"Diibaratkan sebuah rumah, ada tempat yang "disambati" untuk masalah yang di hadapi anak-anak. Dan kita sebagai anak-anak juga wajib mengikuti dan menghormati aturan yg di buat oleh orang tua kita," papar anak dari Tokoh Legend Salatiga (almarhum) Djatmiko Wardoyo .
Soni menghendaki, jika memang ada suatu masalah harus diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat.
"Wajib hukumnya kita jaga bersama," ucapnya.
Ia pun sepakat, jika upaya tukar guling aset Pemkot Salatiga diselesaikan menurut regulasi yang ada bukan justru dibenturkan
"Saya sepakat (penyelesaian tukar guling harus mengikuti regulasi), karena ada aturan main yang harus dipenuhi dalam tukar guling bukan keputusan dari Sekda saja. Itu adalah adalah keputusan yang tepat," ujar Soni.
Dan PA GMNI 'muncul', diakui Soni bukan untuk mencari panggung atas persoalan tersebut. Tapi semata-mata kehadiran GMNI Salatiga sebagai penyejuk.
"Makanya kita mengusulkan persoalan tersebut diselesaikan secara baik-baik, dengan mengikuti regulasi yang berlaku. Sekali lagi bukan karena GMNI mencari panggung," pungkasnya.
Sebagai informasi, PA GMNI Salatiga dibentuk sesuai Surat Keputusan (SK) 16 Juni 2022
GMNI memiliki motto Pejuang Pemikir -Pemikir Pejuang. GMNI pernah hadir dan mewarnai dinamika gerakan mahasiswa di kota Salatiga yang pernah menjadi tuan rumah Kongres tahun 1969 dan tahun 1989.
PA GMNI sendiri berisikan mereka yang telah lulus menempuh pendidikan Perguruan Tinggi (PT).
- Ada Kejutan E-Money di Halal Bihalal SahabatKA-KiriminAja Bersama Mitra-Pelanggan
- Bupati Magelang Ingatkan Masyarakat Segera Vaksin Jelang Libur Nataru
- Teror Premanisme, Banser NU Siap Bantu Satpol PP Tutup Karaoke di Demak