Kenaikan Harga Cabai dan Gula Pasir Picu Inflasi Jateng di November

Ilustrasi cabai rawit/ dok
Ilustrasi cabai rawit/ dok

Bank Indonesia mencatat kenaikan harga cabai dan gula pasir menjadi pemicu inflasi Jawa Tengah di November 2023 mencapai 0,49 %.


Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengatakan, peningkatan tekanan inflasi terutama didorong kelompok makanan, minuman dan tembakau.

“Gangguan produksi tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kekeringan yang masih berlangsung di beberapa daerah sentra, serta serangan penyakit pantek dan daun menguning,” ungkap dia.

Rahmat menerangkan, beberapa komoditas pangan tercatat mengalami peningkatan harga. Meliputi aneka cabai, bawang merah, telur ayam ras dan gula pasir.

“Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit terjadi di tengah penurunan produksi di Jawa Tengah,” kata dia.

Selain itu, kata dia, bawang merah turut meningkat pada periode laporan seiring dengan berakhirnya musim panen dan gangguan produksi akibat serangan hama thrips dan penyakit “janda pirang” di Brebes. Sedangkan, harga telur ayam ras turut meningkat seiring dengan harga jagung pakan ayam masih tinggi.

“Kenaikan harga gula pasir terjadi akibat faktor internal dan eksternal,” kata dia.

Menurut dia, kenaikan harga gula pasir dipengaruhi oleh kenaikan harga lelang pasca penetapan Harga Acuan Pembelian (HAP) dan penurunan produksi gula di tengah musim giling telah berakhir.

Sedangkan dari sisi eksternal, kata dia, terjadi peningkatan harga raw sugar di pasar internasional hingga mencapai titik tertinggi selama satu dekade terakhir.

“Kekeringan berlangsung di India, negara produsen dan eksportir gula terbesar kedua di dunia, menyebabkan Pemerintah India memperpanjang pembatasan ekspor,” kata dia.

Selain itu, terjadi kemacetan di pelabuhan-pelabuhan Brazil menghambat distribusi gula di pasar global.

Sementara kenaikan inflasi, kata dia,  lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga bensin, seiring dengan penurunan harga minyak dunia.